Rabu, 21 Desember 2016

Jika masih


my Allah, jika aq masih harus menunggu…
Karuniakan kesabaran Sarah, Ayub dan Ya'kub kepadaku.
my Allah, Engkau lebih tau seberapa lama lagi waktuku di dunia ini.
my Allah, Jika aq masih harus bersabar..
Karuniakan kokohnya hati ini seperti karang yang tiap hari dihepas ombak.

Minggu, 04 Desember 2016

Dibalik Aksi Bela Islam 212 (Ini tentang Iman)


Bismillaaah... Gak sabar banget pengen nulis banyak lah tentang aksi Superrr damai ini. Terlepas dari tuntutan para peserta yang menginginkan hukum ditegakkan secara adil di Bumi pertiwi ini, ada banyak kisah yang haru dibalik itu semua. Bagaimana tidak, ribuan orang dari Ciamis yang berjalan kaki menuju monumen nasional (monas) Jakarta. Sedangkan jarak antara Ciamis-Jakarta adalah +- 260Km. Kalian bayangin guys, jarak sepanjang itu ditempuh dengan berjalan kaki. Jika bukan karena panggilan iman, lalu apa yang membuat mereka kuat untuk menempuh perjalanan seberat itu. Seperti satu tubuh yang saling bahu-membahu, warga Garut, Bandung dan sekitarnya yang terlewati oleh para mujahid yang berjalan kaki ini, serta merta menyiapkan berbagai makanan untuk saudara2nya (Ah, betapa indahnya islam). Banyak masyarakat yang sengaja menunggu mereka lewat dipinggir jalan dengan membawa makana, air mineral dan apa saja yang mereka punya untuk diberikan kepada para pejalan kaki. Belum cukup sampai disitu guys, Banyak sekali masyarakat yang tak ingin ketinggalan untuk berbagi dimoment ini, semua berlomba-lomba dalam kebaikan. Seorang ibu yang membagikan makanan, bebrapa pemuda yang membagikan nasi bakar "tanpa sianida" katanya, para tukang roti yang menggratiskan jualannya, salah seorang tukang roti yang ditanya apakah tidak rugi membagikan rotinya cuma2 pada mara peserta aksi? dengan air mata yang terjatuh beliau menuturkan bahwa setelah membagi2kan roti jualannya, serta merta ada orang yang menaruh uang di tempat dagangannya sebesar 1jt rupiah, masyaaAllah. Lin lagi dengan seorang tukang donat yang membagikan dagangannya, namun ternyata yang mengambil donat dagangannya, memasukkan uang dengan paksa pada saku celananya, setelah semua donat habis, beliau menghitung uang itu, dan ternyata ada 2,1jt. Allahu Akbar... Cerita ini bukan fiktif guys, kalian bisa menemukannya di akun IG milik Aa Gym, Berbagisemangat, Mudaberdakwah dll (silahkan cek). Bahkan bukan cuma itu, ada yang membagikan sejadah, hatta colokan untuk nge-cash hape pun tersedia, dan lebih hebat dari itu, seorang bapak2 rela memijat para peserta yang kelelahan tanpa dibayar alias geratiiiss...
Semua berlomba untuk dapat mengambil andil dalam aksi ini, seolah ingin menunjukkan rasa cintanya pada agama ini, yang kelak dihadapan Allah akan menjadi hujjah bahwa kita begitu mencintai agama ini.
Guys... Setelah aq melihat semua renteten peristiwanya, mencerna dan akhirnya menyimpulkan bahwa:

Apakah kalian yakin bahwa para peserta aksi itu manusia semuanya??? Tidakkah kalian berfikir bahwa jangan-jangan sebagian dari mereka adalah para malaikat yang Allah turunkan untuk menunjukkan kekuasaannya. Dan satu lagi, jika bukan karena Allah, siapa yang bisa menggerakan orang sebanyak itu. Sungguh jika bukan karena iman yang Allah anugrahkan, maka mustahil itu semua terjadi. So, masih ragu sama Allah. Pliiiiisss buang semua gundah gulanmu, percayakan semua hidupmu sama Allah. Kita hidup didunia ini hanya untuk taat sama Allah. Udah itu aja.

Hayuk guys, kita sama2 mendekat sama Allah. Udah taat aja deh sama perintah Allah, Jangan banyak alesan, jangan banyak ngeles. Jika bukan dengan dengan taat sama Allah lalu dengan apa kamu bersyukur atas semua pemberian Allah?. Gak usah galau akang belum dateng, jerawi yang bikin pusing, pengen ini pengen itu. Udah, tugas kita usaha maksimal dan taat sama Allah. It's enough. Jika Allah sudah berkehendak, maka tak ada satupun yang bisa menolak. Wallahu 'Alam.

Beberapa penampakan para derma dibawah ini ya guys...



Sabtu, 26 November 2016

Rada Gazebo


Pagi yang cerah, suasana hati yang sumringah dan senyum yang merekah.. Semoga menjadi sabtu yang indah.. Ahahaha
Pagi ini cerah banget, meski tak secerah isi dompet (yang isinya barisan pejuang patimura, 2 lembar Imam Bonjol, dan 3lembar bergambar Otto Isakandar Dinata). Ya, iyalah ini tanggal tua. Ngeliat jajaran buku yang bertengger rapi di rak "Best Seller" pun hanya bisa melambaikan tangan. Bahkan ada sepatu lucu yang dan imut yang merengak minta dibawa pulang, aq tak menggubrisnya.(Ya, elah..gak sadar diri banget.Udah tau dompet lagi asma, masih mau jalan2. wkwkwkw). Gak jalan2 kok, cuman kebetulan aja lewaaatt (Ngeles).

Sabtu-Minggu jadwalnya medley, mari siapkan tenaga dan kesabaran. Siapa tau ketemu akang. Hehehe
Biasanya klo udah ngomongin akang khayalan suka langsung ditimpukin sama mereka (barisan sobat, yang sll ngasih semangat. ahahaha). Yuk ah, kita bersemangat ria, jangan pada loyo, kita masih muda guys.
Agama, negara dan dunia butuh para pemuda yang tangguh. Bukan mereka yang pandai mengeluh (Angap aja ini lagi pidato kemerdekaan).
Udah sih itu aja, semoga hari kita semua lancar. Dan aktifitas kita diridhoi oleh Allah. AAAmmiinn (ini penutup, klo udah AAmmiin biasanya pembacaan doa suka beresan)..

Kamis, 24 November 2016

Refleks


Hmmm... kenapa tetiba pengen nulis ini yak???
Kita lihat dulu deh, apa yang mau dibahas. Mari kita lihat dulu pengertiannya apa itu gerak refleks menurut ilmu biologi.
Gerak refleks merupakan gerak yang tidak disadari. Hantaran impuls pada gerak refleks mirip seperti pada gerak biasa. Bedanya, impuls pada gerak refleks tidak melalui pengolahan oleh pusat saraf. Neuron di otak hanya berperan sebagai konektor saja (pusing?? ahahaha udah lupa yaaaa). Intinya sih, satu gerakan atau aksi yang kita kerjakan tanpa sadar. Jadi kata kuncinya adalah "Tanpa Sadar".
 Pernah gak, kita keceplosan atau melihat orang yang keceplosan? pernahkaaannnn??Nah, sejatinya keceplosan ini adalah bentuk refleks yang paling jujur dalam jiwa seseorang. kenapa demikian? kalian tau apa itu habits atau kebiasaan? yups, habits atau kebiasaan adalah suatu pekerjaan yang untuk melakukannya tika udah gak usah mikir lagi, Gak usah bengong dulu alias gak pake mikir.
Pun begitu dengan refleks, aq sih pengen nulis masalah "keceplosan" aja sebenarnya. Jadi ya, anggap aja itu prolognya, biar pada nyambung, apa yang mau diomongin, hehehe
Nah, si keceplosan ini adalah salah satu bentuk dari kejujuran jiwa, karena sejatinya itulah yang ada dalam fikirannya. contoh: ketika seseorang kesandung, ato kaget maka apa yang diucapkan adlah apa yang sedang ia fikirkan tanpa mempertimbangkan, apakah ucapan yang keluar itu baik atau tidak. Jujur, aq kemarin keceplosan bangeeeeeeetttt, ini gerak refleks bangeeet pengen pergi. Tapi setelahnya aq berfikir, lhooo kenapa tadi langsung cabut buru2 gitu aja ya?? jujur aq bertanya pada diri sendiri, dan alasannya karena aq gak bisa harus pura2 ramah sama orang yang..... ah sudahlah. Jadi intinya, gerakanku waktu itu adalah satu bentuk kejujuran jiwa. Tp klo difikir lagi, gak boleh lhooooo boreeeel kamu ngelakuin itu. Astagfirullah, ampuni salahku ya Rabb. Mohon lapangkan hati ini, mohon lapangkan untuk orang2 yang memang pernah memberi duri. Introspeksi diri boreel, kamu juga pasti pernah ngasih duri sama orang lain. Banyak istigfaaarrr... Astagfirullah, semoga Allah mengampuni dosa2 ini..

Just reminder buat aq sendiri,.. Jaga sikap, kita gak atauuu keadaan hati seseorang lagi gimana. kesinggung sedikit, bisa jadi bumerang besarrr. Semangat menjadi lebih baik.

Selasa, 22 November 2016

Manusia Bertopeng



Alhamdulillah bisa nulis pagi-pagi giniiiii....


Kita sering dengar dooong kalimat ini "Mulutmu Harimaumu", bener gak???? inimah semua orang juga udah pada apal-lah ya....

Ada satu kejadian yang entah menjijikan atau gimana, yang jelas bikin illfeeeel lah pokonya (kaya makan bon cape level 100 gitu klo ada mah, alias pedes bangeeeettt, alias illfeeelllll bangeeeeetttt... mulai lebaaayyy... ahahahaha). Suatu hari,aq lagi buru-buru banget mau pergi, tapi karena nunggu teman yang lagi maksi akhirnya aq putuskan menunggu di lobi kantor (halah gayanya, intinya sih lagi nunggu temen makan. itu aja). Tiba-tiba dari arah yang berlawanan, terdengar beberapa mahluk gho'ib yang sedang bercakap-cakap, membicarakan satu topik, dan itu "gueeee"  (glek, darah mulai panaaaasss... wkwkwkwkw) berbicara lantang, lantas cekikikan (asli, pengen nimpuk, cuman ya ditahan aja) bicara bla bla bla hingga akhirnya saling say good bye. Aq sih mencoba buat kalem aja, pura-pura gak lihat saat mereka nyeloyor lewat depan mata, sayang aq gak lihat gimana ekspresinya. et dah, boro-boro pengen lihat mukanya, aq udah illfeelh duluan (ahahahahaha). Asli sepanjang perjalanan, aq mikiiiirrrr bangeeeetttt, kok bisa ya mereka kaya gitu, perasaan selama ini aq gak pernah ngomongin yang enggak2 tentang mereka kesiapapun (tapi lagi-lagi ini mungkin hanya perasaanku saja). Aq mikiiiiiirrrr, istigfar berkali-kali, mengingat apa aq pernah melakukan itu terhadap teman2 ku. Hingga pada satu titik dan kesimpulan bahwa aq harus bermuhasabah diri, banyak2 introspeksi diri, jika memang benar apa yg mereka bicarakan ada padaku, maka aq harus memperbaikinya dan semoga Allah mengampuniku. Jika tidak, maka biarlah Allah yang Maha tau.. Ini juga menjadi catatan bagiku bahwa tidak ada satu orangpun yang aman untuk dijadikan teman curhat.Hari ini aq menjadi saksi bahwa dengan mudahnya seseorang menggunjing. Lahaula wala quwwata illa billah.. Sungguh satu2nya tempatku mengadu hanya pada Allah, pemilik segala solusi, penggenggam setiap jiwa.

Reminder buat saya pribadi : Jangan pernah hidup dalam topeng kepura-puraan. pura2 baik, pura2 salih/hah, pura2 pintar, pura2 kaya, pura2 care,dll. Jadilah diri sendiri yang benar-benar baik dan benar-benar mulia.

Kamis, 17 November 2016

Generasi Baper #2



cek disini


Lagi nge hits banget di instagram video ini, hampir semua akun-akun yang menamai akun mereka dengan kata kunci "nikah", "suami", "baper", "semangat" dan lain-lain lah ya pada memposting video itu. penasarankan video apa??? monggooo di klik aja link di atas. Cerita dikit deh, itu lhooo video wedding yang bikin bapeeeerrrrr, entah emang vidoenya bikin baper, ato aq nya aja emang lagiii baper yah.. entahlah ya, pokoknya disetiap menghadiri acara wedding, yang paling dad dig dug itu, pas pertama mempelai prianya dateng, sama pas ijab qobulnya.... itu detik-detik paling menegangkan pokonyaaaa. Dan ternyata itu adalah moment yang paling "sakral" (sengaja banget di bold, biar pada engeuh.. ahahaha) Kenapa bisa begitu? oke, sejatinya dua insan yang saling berbeda latar belakang, memutuskan untuskan untuk berjalan bersama, membangun rumah dan meniti tangga (ini ngomong apa yah, rada gak nyambung. terserah pokonya cuman pengen numpahin jutaan aksara yang loncat2 dikepala aja kok) yups, dan ketika ijab qabul itu berlangsung, sejatinya, seorang pria sedang berjanji dihadapan Allah, bahwa ia akan menjadi wali untuk  wanitanya tersebut. Mengambil  alih tanggung jawab yang sebelumnya dipikul oleh ayah si wanita, menjadi tanggung jawabnya.Dan itu semua akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Allah Azzawajalla kelak. MasyaAllah, ternyata janji yang begitu berat yah. Sedangkan bagi si wanitanya, mulai dari akad itu terucap, maka berpindahlah semua ketaatan yang sebelumnya harus taat pada kedua orang tua, maka serta merta, taannya pada suami harus dia utamakan daripada kepada orang tuanya (dan sampe saat ini aq masih berfikir keras. Jika bukan karena iman, begitu berat rasa2nya) namun dalam hal  ini tentu taat dalam hal yang ma'ruf.

Karena tulisan ini sempat tepotong beberapa kali, alhasil semua ide mulai buyarrr... tapi tak apa, kita lanjutkan lagi yah...

Telah saya singgung di atas bahwa jika bukan karena iman, maka untuk menomor satu-kan taat kepada suami dibanding taat kepada kedua orang  tua rasa-rasanya sangat sulit yah. Pun begitu dengan orang tua, melepas anak perempuan yang selama ini mereka rawa dengan baikt, mereka didik dengan pendidikan terbaik, mereka ajarkan segala seuatu yg terbaik, mereka jaga dari buaian hingga dewasa dengan penjagaan terbaik (perlu diperhatikan bahwa yang terbaik disini bukan yang serba mahal, serba wah, serba eksklusif. Namun yakinlah apa yg diberikan orang tua kita itulah yg terbaik yang bisa mereka berikan. Tentu berbeda setiap orangnya, tergantung dari kemampuan org tua kita. jadi klo masa2 pendidikan mu tidak sebagus temanmu maka ya itulah yg terbaik) oke faham ya. Mereka merawat anak perempuannya dengan baik, namun ketika tumbuh dewasa, mereka harus rela menyerahkan dan mempercayakan segala bentuk penjagaan, pendidikan dll nya kepada seorang lelaki yang belum lama mereka kenal. Ini sungguh sungguh sungguh sangat berat bukan ?? (gak kebayang anak sy gimana, tepooookkkk jidaaaattt hehehehe)

Saya meyakini bahwa jika bukan dengan iman, lantas apa yang mendorong seorang pria berani menhambil resiko untuk memikul tanggung jawab itu.. Itulah kenapa dalam detik-detik sakral itu adalah salah satu waktu yang mustajab dikabulkannya doa, karena janji itu dihadapan Allah dan disaksikan oleh para malaikat. Wallahu 'Alam.



November rain

Jika November identik dengan hujan, lalu hujan identik dengan apa?
Ketika kabanyakan orang menghubungkan hujan dengan ke-pilu-an, sedih, patah hati dll seolah hujan membawa kabar sendu, merenggut mereka pada masa lalu yang menyedihkan, pada air mata, pada kisah duka.. Saya merasa heran, siapa kiranya yang pertama kali memproklamirkan bahwa hujan itu identik dengan tangisan... Mari sejenak kita rehat, don't judge begitu saja hujan ini..

Mari berfikir positif, mari melihat dengan cara yang berbeda. Hujan adalah Cinta dari Tuhan untuk hambanya, hujan adalah karunia bagi segenap penghuni jagad raya. Tak bisakah kita ikut senang, bernyanyi bersama barisan katak yang bernyanyi riang kala hujan turun. Tak bisakah kita ikut tersenyum bersama kecambah yang perlahan tumbuh menjadi tunas seiring guyuran hujan yang membuatnya menjadi lembab. Tak bisakah kita rasakan kebahagiaan tanah, yang menjadi subur setelah ditimpa hujan, mengakhiri kegersangan yang selama ini ia tahan, aroma tanah yang khas kerinduan yang terdalam. Tak bisakah kita lihat senyum merekah para petani yang siap untuk menyemai untuk kemudian menuai, karena hujan telah datang.

Mulai sekarang, mari tersenyum saat hujan turun. Hanyutlah bersama nyanyian riang segenap penghuni bumi.

Kamis, 20 Oktober 2016

Tentang Tangisan


Malam ini aq hanya ingin menangis dengan puas, tak peduli mata ini akan bengkak.
Malam ini aq hanya ingin  menumpahkan semuanya pada Mu.
Kekhawatiran, kegundahan, sesak, akankah semuanya sirna hanya dengan menangis?
aq tahu, dengan menangis sepuasnya malam ini, masalah tak akan langsung selesai.
Namun setidaknya, Allah akan meringankan hati ini.

aq benci diri sendiri, yang tak bisa mengambil keputusan.
Entah aq yang membenci keadaan ini atau aq yg tak bisa menerima jalan Allah.
Telah kufahami bahwa sekenario Nya adalah yang paling sempurna. Telah ku baca bahwa Allah lebih tahu
urusanku, Allah lebih sayang hambanya melebihi sayangnya Ibu pada anaknya.
Namun dengan semua sesaknya dada ini, apa yang bisa kuperbuat?? nyatanya teori-teori itu menguap ke-udara.

Aq hanya ingin menangis dengan puas malam ini. Ya Rabb, Engkau berikan keadaan sesak ini tentu Engkau Maha tahu
kapasitas kesabaranku kan....
Aq hanya ingin menangis malam ini, menagih janji yang lama aq nanti.
Aq hanya ingin menangis malam ini, memperlihatkan ketakberdayaanku sebagai hamba dihadapan Mu.
Aq hanya ingin menangis malam ini, semoga ini bukan bentuk protesku pada Mu.
Aq hanya ingin menangis malam ini, sebagai bentuk pasrahku pada Mu.
Aq hanya ingin menangis malam ini, dan Engkau akan mengganti tangis ini dengan senyuman esok hari.
Aq hanya ingin menangis malam ini, menumpahkan segala sesak yang ada.

Ya Rabb,.. Ampuni hamba yang banyak lupa akan nikmat yang telah Engkau berikan.
Tapi bolehkan aq menangis malam ini hingga aq puas??

Dalam semua isak tangisku, aq titipkan bait doa pada langit malam.
Dalam sesak yang menyiksa, aq bisikkan harapan pada udara.
Semoga esok Rabb ku akan mengirimkan mentari sebagai jawaban..
Ya Rabb, peluk jiwa ini..Dan aq tak malu meski harus merengek dihadapan Mu.
Jangan pernah malu untuk menangis pada Nya..

19 Muharram 1438 H

Rabu, 19 Oktober 2016

Melihat kualitas seseorang

Bismillah...
Pengennya bisa konsisten ya, tiap pagi nongol disini.. ^_^
Sedikit cerita nih ya...

Hmmmm... kita tentu suda sangat sering mendengar dengan istilah ini "tong kosong nyaring bunyinya", udah gak aneh lah ya, nah akhir-akhir ini aq lagi bikin penelitia kecil-kecilan (jiaaaahh gayanya....) terserah-lah yaaa, yang jelas beberapa hari terakhir ini aq meneliti beberapa orang dilingkungan sekitar  buat ngebuktiin kalimat ini "orang yang sedikit membaca akan banyak berkomentar" menurut kalian gimana, setuju gak ?
Nih ya, aq bagi hasilnya....
Beberapa orang yang hobi nyerocos di lingkungan itu aq amati, termasuk celetukkan-celetukan yang spontan mereka keluarkan. Daaaaaaaannn hasiiiiiilllnyaaaaaa....

Ternyata kalimat  "orang yang sedikit membaca akan banyak berkomentar" BENAR adanya. Nih, aq kasih contoh, suatu hari aq pake masker ke kantor lantaran lagi perawatan, eh tau-taunya ada yang nyeletuk "disilangin coba itu ngiketnya biar kenceng" nahloooooo.... aq aja yang makenya sante-sante aja, lho kok dia repon sendiri mikirin masker yang aq pake (munggin dia care, okelah ya, keep husnudzon). Terus lagi ya, aq lagi asyik aja kerja gitu, tetiba salah satu dari mahluk-mahluk itu ada yg nyeletuk "apaan re, bla bla bla" (ngomongin kerjaan sendiri yang ditujuin ke aq) aq sih cengo aja yak, lha wong aq ngak nanya dan ngajak dialog siapapun, eh tiba-tiba tuh orang komen "abisnya lu ngeliatin terus, kirain ke ngomong ke gw. yaa kapan lagi lu digodain cowok"  (heellloooowwww, berhalusinasi tuh orang kayanya yak) terus gemparlah satu ruangan... Idddddiiiiiiiihhh, males banget ngeliat mukanya, dan helooooooo dari tadi aq gawe yah, melototin koputer, boro kudu ngeliatin tuh orang segala. SUMPAH aq gak lirik-lirik. Keganjenan banget yak, dan laaaggiiiiiii, maksudnya apa bilang "kapan lagi digodain cowok" pengen aq hajar tuh orang.. Ya iyalah aq  jarang digodain cowok, karena aq berusaha buat jaga diri, jaga diri dr fitnah, jaga diri dari berkhalwat, campur-baur gak jelas sama lawan jenis. dan lagian yak, klo ada cwo yg nanya gaje aq langsung tinggalin, dan klo ada yg macem-macem aq langsung kasih dalil. Faham looooo...
Parah banget yak tu orang, kasian banget lihatnya. Gak pernah update islamnya. Kasian, kasian kasian, beneran deh. Ah, sudahlah mungkin ini jadi pr buat aq, gimana caranya buat mereka jadi mau belajar islam. satu lagi guys... beberapa orang yang katanya gahol, meng klaim bahwa mereka kekinian, melakukan obrolan yang isinya kopong alias gak ada manfaatnya. mirriiiiissssss. Ngomentarin gaya si A, ngomongin si B, gaje bangett.. Moga hasil penelitian gadungan ini bisa jadi cermin buat kita semua, khususnya diri gw sendiri, klo "Sedikit membaca akan membuat seseorang banyak berkomentar".
Udah sih itu aja. Bisa disimpulkan sendiri lah yak.

Wallahu A'lam

Andai Dia Tahu

Saat jiwa mengakui adanya Sang Pencipta.
Maka ketenangan hati akan turun bersamanya.
Saat kepala mampu tertunduk menyembah pada Nya.
Maka kepongkahan, keangkuhan, habis sirna.
Saat tanganmu terangkat memohon ampunannya,
Maka ssat itu kelembutan hati datang menjelma.
Saat isak tangis mampu menjadi simponi Maha.
Maka manisnya ibadah kan jadi penyempurnakan.
Itulah bahagia...

Setiap kita punya cerita, dan dari sini kisahku bermulai.
Dari sini bahagiaku bermula...
Saat aku menyadari bahwa Allah adalah segala-galanya.
Saat aku menyadari dengan Allah ku-mulai semuanya.
Maka apapun yang Dunia lakukan padaku,
Aku pasti kuat menjalaninya.
Karena seberapapun sulit, seberapapun susah, dijalan dakwah aku bahagia.

Andai dia tahu.....
Apa yang kan terjadii....
Apa yang disiapkan Allah baginya.

Andai dia tahu...
Maka dia akan menjadi jiwa-jiwa paling bahagia.
Andai dia tahu,.
Bahwa ampunan Allah seluas langit dan bumi.
Maka tak ada  satupun jiwa yang akan menunda-nunda bertaubat pada Allah.
Andai dia tahu,..
 Bahwa Allah Maha Luas rahmatnya, maka tidak ada satupun yang tidak mengharapkan syurga Nya.
Andai dia tahu,.
Kebahagiaan hakiki hanya pada Allah.
Maka dia akan bersujud, bersimpuh, memohon ampunan.
Hingga tidak ada yang tersisa kecuali keridhoan Nya..


Note : Oleh-oleh dari Al-azhar, tempo lalu saat berkunjung kesana.

Senin, 17 Oktober 2016

Tentang sabar

Bukankah sabar itu tak bertepi?

Adab

Hmmm.... kenapa tiba-tiba pengen banget nulis ini ya..
Tak lain dan tak bukan karena  ke khawatiran saya pada generasi sekarang dan lingkingan tempat saya berada. Jujur sayapun bukanlah orang yg mulia adabnya, masih harus belajar beradab lagi, namun demikian kok saya ngerasa gereget aja ya sama orang-orang yang sama sekali tak beradab. Dalam kehidupan sehari-hari tentu kita bertemu dan bersinggungan dengan orang banyak, entah itu usianya lebih muda dari kita, teman sebaya atau yang lebih tua dari kita. Bahkan dalam satu profesi kerjapun tentu ada beragam usia. Nah, inilah yang menjadi polemik, terkadang kita ngerasa selevel aja gitu, tanpa melihat usia yang memang beragam. Tidak bisa membedakan bagaimana harusnya kita berinteraksi dengan mereka. Kebanyakan kita menyamarataka semuanya. Tak ada bedanya antara kepada teman sejawat atau yang lebih tua. Entah saya mewakili oang-orang tua, atau ke-geregetan orang muda yg melihat orang-orang sekitar saya kok pada culangung (ini bahasa apa ini? wkwkwkwk) yups, saya melihat fenomena ini dilingkungan saya. miris memang, dan ketika diingatkanpun orang tersebut malah nyinyir, pasang status yg katanya 'gak usah urusin orang lain' dan apalah. Serba bingung juga ya, didiemin masa iya, itukan bentuk ketidak wajaran atau ya sesuatu yang jelek. Klo dibiarin sy termasuk setan bisu berarti, karena membiarakan keburukan tanpa berusaha mencegahnya. Diomongin juga malah jadi sinis gitu, ngomong yang enggak-enggak. Jadi yang mengingatkan yang disalahkan, Oooohhh pliiiissss lebih baik sy cabut aja deh dari lingkungan yang begini. Satu pertanyaan besar dalam diri sy, kenapa ini bisa terjadi?

Lain soal lagi dengan yg satu ini, siapapun pada hakikatnya adalah guru bagi kita. Mau itu anak kecil, orang dewasa, pun seseorang yang jelas2 memang berprofesi sebagai seorang guru. Maka beradablah terhadap guru kita, terhadap orang disekeliling kita. Bukankah Amal itu didahului dengan ilmu, dan Ilmu didahului dengan adab. Tutuntutlah ilmu sbelum beramal, dan tuntutlah adab dalam berilmu. jadi urutannya jelas ADAB-ILMU-AMAL. jangan samakan sikap kita pada orang yg lebih tua, meski mungkin ilmunya lebih sedikit, namun dari segi usia mereka lebih tua, dan sy tidak yakin klo ilmu kita yg lebih muda bisa diatas mereka. Mungkin iya untuk urusan sains, tapi pengalaman dalam hidup dan ilmu kehidupan tentu mereka lebih faham. Apalah arti pengetahuan jika dibandingan dengan ilmu cara menghadapi kehidupan, Sooo, beradablah kawan. Jangan sampai ada yang terluka karena ke-tak-beradabanmu (untuk poin ini dalem banget, karena memang sikap sekecil atau seremeh apapun, jika sudah menyinggung maka menjadi bumeranglah ia, waspadalah.. waspadalah)

Tulisan ini sengaja saya buat untuk pengingat diri agar lebih ber-Adab

Jumat, 14 Oktober 2016

Down

Fenomena banget yak, nongkrong di blogg sore-sore gini.

Ya Allah, ada-ada aja ya...
Padahal lagi berusaha banget buat diobatin. Aku juga gak diem kok, siapa juga yang mau punya penyakit. Ini semua qodarullah..Udah diobatin kemana-mana, dan itu juga gak pake uang sedikit lhooo.

Akhirnya cuman bisa istigfar aja, mohon kesembuhan sama Allah. Lisan itu emang bahaya banget ya, klo kita gak bisa ngendaliin nya bisa-bisa malah numpuk dosa. Mungkin iya mau ngasih pendapat, mungkin iya mau ngasih tau, mungkin iya gak maksud buat nyindir ato nyinggung. Tapi pliiiissss, dari pada bikin orang down mending gak usah diucapin aja deh. Apalagi klo hanya sekedar opini yg gak berlandaskan. Ishbiiir yaa r*liiiiii, biarin aja, gak usah denger apa kata orang. Allah gak akan lihat harta, tahta dan rupa kita kok, yang Allah lihat siapa yang paling taqwa. Pelajaran juga buat lebih menjaga lisan. klo sekiranya gak bermanfaat gak udah buka suara deh.


Rabu, 12 Oktober 2016

Mau sampai kapan begini...

Mau sampai kapan seperti ini? saling peduli dalam diam. Saling tanya dalam senyap.
Sebentuk perhatian lewat lirikan mata.

Biarlah aku yang memutuskan. Biarlah aku yang ambil pilihan.

Dan aku memilih untuk tak peduli. Biarkan doa yang kita panjatkan sama-sama menjuntai kelangit, dan bertemu pada satu titik koordinat, hingga Allah kabulkan dengan cara yang indah.

Hidup ini terkadang lucu

Pagiiiiiiiii....
Tulisan pertama dibulan Oktober,
Bismillah, semua tulisan di blogg ini hanya pengingat untuk saya pribadi ya, bukan untuk menyinggung atau apapun. Hanya menumpahkan ide dan kegelisahan aja kok. Kadang kalo saya baca lagi juga suka geli-geli gimana gitu (ini gw ngomongin apaan ya, ahahaha) ato malah "ini gw lagi nulis tentang siapa ya? nge blur gitu" ahahahahaha

Hmmmm... mulai aja deh ya,
terkadang kehidupan ini memang lucu ya, kita banyak ngedumel dengan keadaan kita saat ini, kenapa ya gw gak kaya si A, coba gw jadi si C enak banget kayanya, apa-apa tinggal bilang. nah loooo pernah kaya gitu gak? sepertinya kita semua pernah seperti itu, yakan? yakan? ngakuuu deeehhh... Sementara banyak diluaran sana yang menginginkan kehidupan kita. Yah, begitulah keinginan manusia gak pernah ada habisnya.
Sebenernya pengen sharing dikit siiihhh... Duluuu pas lagi awal-awal mengkaji islam kata ustadzah bilang gini "Dek, tau gak? klo kita abis belajar satu materi, biasanya Allah langsung kasih ujian lhooo" waktu itu sih cuman manggut-manggut aja. Malah pernah satu waktu, kita abis beresin satu bab tentang takdir. Materi yang dalam dan sesuatu banget (keabisan kata buat mendeskripsikannya...ahahha) trus aq sama mawar (bukan nama sebenarnya) nunggu-nunggu, kira-kira Allah mau nguji kita apa nih? (kacaw banget emang). Ternyata tak se-leterlek seperti itu sob. Kini aq faham apa yang dikatakan ustadzah, bukan berarti abis beres satu pembahasan terus besoknya Allah langsung kasih ujian gitu. Tapi ya, lambat-laum unjian tentang ilmu yang sudah kita plajari pasti ada. Dan disitu nanti bakalan kelihatan, siapa yang lulus dan siapa yang enggak.

Beberapa minggu kebelakang aq semangat banget sharing islam sama temen yang lagi haus-hausnya dengan islam. aq jelasin dari A-H yang aq tau tentang islam. Hingga beberapa minggu kemarin kita bahas apa itu takdir? apakah takdir bisa dirubah? dan lain-lain. Semangaaattt bangeeet, menggebu-begu banget, 2 jam nyerocos ampe tenggorokan kering. Lamanya sih dingebahas masalah pendamping hidup (nah lhoooo emang itu termasuk kedalam takdir yak) lhaa bukankah Rasulullah pernah bersabda bahwa "tidak akan lahir anak adam kedunia sebelum ditentukan rizki, maut dan jodoh nya" (kurang lebih seperti itulah ya bunyinya). Itu kita udah faham banget kan yak, sama konsep ato teori nya. Namun beberapa hari setelah sharing itu, jleebbbb giliran aq yang dapet ujiannya. Kegalau-an mulai melanda, padahal sebelumnya baik-baik aja. Ngeliat fakta bahwa aq dihadapkan pada pilihan yang sulit. Hingga akhirnya cuman bisa istigfar, mohon ampun sama Allah dan minta yang terbaik. Kala semua pinta terlalu banyak dan rumit, hingga susah untuk diutarakan, Percayalah Allah tau apa yang kamu rasakan. Banyakin istigfar aja, "barang siapa yang banyak membeca istigfar maka Allah akan memberinya jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka". AAAmmmiiinnnn

Jumat, 30 September 2016

Inikah kebetulan?

 
#Episede-1 (Cerita Anisa Ayumi)


Hampir setiap hari aku mampir ketaman kota yang tak begitu luas .Menikmati udara sore dari tempat duduk yang sama, setiap hari setelah hampir satu minggu. setiap hari, aku menjumpai orang-orang yang berbeda, hingga hari itu, aku melihat seorang anak kecil perempuan, berusia kira-kira 4 tahun berlari-lari mengejar kupu-kupu. Anak itu cantik, mengenakan baju panjang warna kuning bunga-bunya kecil dan keruding warna kuning senada. Tertarwa riang, meloncat-loncat berusaha menggapai kupu-kupu yang terus terbang. Dari belakang sang ayah sibuk mengejar princessnya, sambil berteriak "awas jatuh nak, hati-hati". Seketika pandangunku teralihkan pada sosok ayah yang mengejar anak perempuan itu. Terlihat masih muda, mungkin sekitar 28 tahun, sepertinya itu anak pertamanya. Tak jauh dari sana, hanya sekitar 500 meter, seorang wanita dengan anggun berdiri memperhatikan laki2 itu dan princess kecilnya. Dengan sigap laki-laki itu menggendong si princess kecil, menggodanya dalam pelukan, berbalik dan menghampiri perempuan yang dari tadi memperhatikannya. Mereka saling melempar senyaum dan menggoda princessnya.. Aku yang dari tadi memperhatikan mereka tak ayal ikut tersenyum. Sebuah pemandangan yang indah, keluarga kecil yang cantik. Aku kembali memalingkan pandangan pada jalan lurus lalu berkelok yang sering aku tatap dari taman ini, memang tak masuk akal, hanya dengan menatap punggungnya pun aku sudah bisa tersenyum, padahal itu hanya sepersekian detik. Kulihat jam tanganku, 17.20 itu artinya, dia akan lewat sekitar lima menit lagi. Ah, dia memang selalu telat pulang. Mungkin pekerjaannya terlalu banyak. Namun hingga jarum jam menunjukan 17.35 tanda-tanda dia pulang belum juga terlihat. Aku menghela nafas panjang, melirik botol minuman yang masih sisa sedikit, meminum habis semua isinya, lalu berdiri. Aku putuskan untuk pulang, tiba-tiba ada suara yang membuyarkan lamunanku "sore yang indah ya" sebuah suara yang tak asing untuk telingaku. Aku melirik ke-sebelah kiri dimana arah suara itu muncul, kudapati dia sedang menatapku. Seketika aku tergagap, bagaimana bisa dia ada ditempat ini?.. "kenapa? kaya yang bingung, kamu udah satu minggu pampir terus kesini kan?"

Kamis, 29 September 2016

Masih bolehkah aku disini?

Masih bolehkah aku disini untuk melihatmu tersenyum.
Masih bolehkah aku disini untuk meyakinkan bahwa aku harus pergi.
Masih bolehkah aku menunggu kata "insyaAllah" yang keluar darimu.
Masih bolehkah aku menunggu hingga bulan mei seperti yang kamu bilang.
Masih bolehkah aku percaya pada keyakinan yang mulai memudar.
Masih bolehkah aku mengulurkan tangan padamu.
Masih bolehkah aku sebut namamu dalam setiap pertemuan pada Tuhan ku.


Aku tak ingin mendikte Tuhan, memintamu dengan paksa pada-Nya. Bukankah Tuhan lebih tau apa yang terbaik untukku?
Ya Rabb... Beri aku sedikit waktu,.
Jikalau dia bukan untukku, mohon bantu hati ini untuk mengikhlaskan.
Mohon tunjukkan dia yang sebenarnya.
Ya Rabb... mohon pilihkan dia yang terbaik menurut Ilmu-Mu.

Lalu, Kenapa harus ragu?


Taman yang asri, bunga-bunga kecil tumbuh dipinggir kanan-kiri jalan. Angin sore yang berhembus menerpa wajahku yang kelelahan luar biasa. Tangan kanan memegang botol minuman, sementara tangan kiri memegang makanan ringan. Sore ini, sengaja sepulang dari kantor aku tak langsung pulang kerumah, melainkan mampir kesebuah taman yang biasanya sudah tak terlalu ramai, disana ada beberapa tempat duduk yang random. ku edarkan pandangan kesemua penjuru, mencari tempat duduk koson yang nyaman. Akhirnya kutemukan tempat yang pas untuk menikmati sore ini. Diufuk cakrawala nun jauh disana, mentari mulai bersiap untuk tenggelam perlahan. Aku duduk disini, menikmati semuanya. Banyak yang bertanya kenapa suka banget jalan sendiri?. jujur, sudah sejak lama ini aku tak percaya pada manusia. sekalipun itu adalah saudara atau kerabat. Kenapa kok bisa? Ya, karena menurutku tak ada satupun yang bisa aku percaya. Aku sudah banyak melihat faktanya. Dan dari saat itu, aku tak pernah lagi percaya 100% pada manusia.
Namun nyatanya, hari ini aku harus mengakui bahwa ternyata berjalan sendiri kadang terasa sepi. Mungkin memang sudah waktunya untuk aku menentukan arah. Namun entah kenapa keraguan itu selalu muncul. Setiap aku akan melangkah, kembali perasaan ragu itu selalu datang. Entahlah tak bisa aku jabarkan, namun cukup membuatku rumit untuk mengambil sikap. Atau ini hanya karena keegoisanku saja. Harusnya aku belajar dari mbak Dhira, diusianya yang sangat muda, dia sudah mantap menentukan arah. Mengambil keputusan untuk menerima dia yang datang dan mulai menumbuhkan benih cinta pada lelaki itu. Sejujurnya aku tak mau seperti ini, setelah pesan yang singkat namun serius itu masuk, aku masih tak percaya bahwa itu ditulis oleh seorang yang usianya dibawahku. Kenapa masih ragu? apakah aku mengharapkan yang lain? entahlah.. Doaku, Ya Rabb.. bimbing aku, jangan jadikan nafsu mengendalikanku. Sungguh ini adalah keputusan besar yang akan menentukan aku selama di dunia dan kelak di akhirat..

Selasa, 06 September 2016

Jangan tertipu

Selasa yang penuh Asa...

Sepagi ini kembali saya tuliskan satu topik yang membuat saya kefikiran terus, berhari-hari terus membayangi, karena itu saya tuangkan juga disini.

Perkembangan medsos dan gadget yang kian pesat saat ini, membuat apapun yang kita cari bisa kita dapatkan dalam "satu sentuhan". Seolah apa yang terlintas dalam benak bisa divisualkan. Entah berapa keuntungan Mr. gugel perhari, mengingat manusia saat ini tak bisa jauh-jauh darinya.
Sekarang itu emang jamannya blak-blakan (ini bahasa saya saja) atau apa ya? seolah setiap orang tidak lagi mempunyai ruang pribadinya, semua  terlihat transparan, tak ada sekat dan batas. Apa yang terjadi, apa yg dirasakan oleh seseorang, satu kampung, satu kota atau bakhan dunia bisa mengetahuinya. Setiap orang berlomba "mempertontonkan" kehidupan mereka. Apalagi setelah mewabahnya IG, dimana gambar bisa diupload dari manapun, kegiatan apapun bisa diekspose dan siapapun bisa mengaksesnya.

Tak jarang kita terkagum-kagum dengan picture yang mereka share, seolah terlihat sempurna. foto jalan-jalan, foto2 makanan, sedang di cafe A, sedang bersama B, melacong ke D, siang ini makan E. Dan dalam semua fotonya tampak sempurna. Semua hal yang berbau "happy" diposting. Sehingga orang yang melihat akan memberikan kesimpulan "enak banget ya, jadi dia". Tak elak lagi, orang-orang masa kini banyak yang butuh pengakuan, untuk apa?(entahlah, mungkin saya mesti riset untuk menjawabnya). Semua orang saling memperlihatkan bagian "happy" dalam kehidupannya (saya lebih suka menyebutnya dengan kata "hedon". entah ini hanya saya saja yang tidak bisa mengimbangi kemajuan teknologi). Saya sering sekali berdialog dengan diri sendiri (jangan fikir kaya orgil ya, saya masih waras kok) untuk apa mereka "memamerkan" semua itu. Ketika seseorang memposting satu makanan yg sadaap nan mahal, padahal yang melihat (nun jauh disana-sini) belum tentu pernah mencoba mencicipinya, kemudian muncul hasrat ingin mencoba pula, padahal tidak punya duit (hahaha) bukankah itu akan menjadi masalah bagi yg melihat.
Lalu muncul satu pertanyaan, apakah kehidupan "asli" nya benar-benar selancar itu? mungkin iya, namun saya pribadi hanya geleng-geleng kepala. Sejatinya kehipuan ini silih berganti. Entah keyakinan dari mana, bahwa saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa yang kebanyakan orang share dalam medsos-nya adalah hanya bagian yang "happy" nya saja. Sedangkan dalam "asli" nya mungkin lebih sering mereka sebaliknya. Kenapa demikian, karena setiap orang sudah pasti punya masalah masing-masing (ini hanya pemikiran saya saja kok).

Saya hanya mengajak siapapun yang membaca tulisan ini untuk tidak tertipu dengan "pencitraan" seseorang dalam medsos. Bukankan setiap orang ingin terlihat "sempurna"? Jangan terlalu asyik melihat kehidupan orang lain, mari fokus pada kehidupan pribadi kita.

Udah sih itu aja.. Wallahu A'lam.

Minggu, 28 Agustus 2016

Kenapa harus sibuk me-labeli orang lain..?

Selamat subuh dihari ahad..... yeaaaayyy mari bersibuk-sibuk dihari ini.

Tulisan ini murni untuk mengingatkan saya pribadi, bahwa janganlah kita terlalu sibuk me-labeli orang lain hanya dengan melihat luarnya saja.

Kalian permah mendengar seseorang yang bilang "eh, tau gak si A pelit tau", "eh, si B jutek bangat ya", "itu si C kerjaannya marah-marah mulu", "si D bawel banget ya", "si E ember bocor tau", "si E centil banget", "ih si F nyebelin ya orangnya", dll. Saya sarankan untuk tidak menelan mentah-mentah pernyataan seperti ini. Apa hak kita me-labeli orang sedemikian rupa, sedangkan mengenalnya saja baru bebrapa waktu, hanya ketemu dikantor, hanya bertemu di satu komunitas. Saya rasa tak bijak jika hanya sempat berinteraksi beberapa saat, lalu kita dengan mudahnya melabeli seseorang. Saya kasih contoh ya : Seorang anak perempuan yg lahir dr keluarga sederhana, tidak pernah menerima bentakan dari orang tuanya, dan memang mempunyai nada bicara yang tinggi, sedang belajar agama (dia memahami bahwa hukum asal wanita dan laki-laki adalah dipisah, sehingga dia menghindari intersaksi dengan lawan jenis, kecuali jika itu diperlukan. Dia juga sedikit bicara, karena menurutnya banyak bicara memberikan peluang untuk banyak salah. Bicara yang baik atau diam itu pilihannya). Sementara lingkungan sekitar yang rata-rata terdiri dari manusia kebanyakan. Banyak yang bilang klo dia itu jutek (lantaran jarang ngomong), banyak juga yang bilang dia itu pemarah (karena nada bicaranya yg memang tinggi), ada juga yang bilang dia itu sulit (lantaran klo udah kesinggung-an, katanya). Padahal tadi saya jelaskan diatas bagaimana latar belakangnya bukan. Sementara beberapa orang sudah melabeli nya dengan berbagai label. Ah, manusia memang mahluk yang ribet ya. Semua orang ingin dihargai dan diperhatikan, sementara mereka lupa untuk menghargai orang lain. Setiap urusan ingin dibantu dan dipermudah, sementara jika gagal malah ngamuk sama yg memberi tolong (uyuhan yah.. ahahhaaha).. Udah ah itu aja. Jangan capek-capek memberi label pada orang lain, karena kita tak benar-benar tau tentang mereka. Sibukkan diri dengan melabeli diri sendiri. Berikan label pada diri sendiri bahwa saya orang beriman, udah cukup. Banyak-banyak istigfar, banyak-banyak muhasabah, banyak-banyak inget mati. Toh di yaumil hisab kelak, kita tak akan diminta pertanggungjawaban atas label yang mereka berikan.

Jumat, 26 Agustus 2016

Lalu apanya yang salah??



Haiiii haiiii.... Selamat hari jumat, selamat besok sabtu yaaa... ahahahaha
Sebenernya udah dari kemarin sore pingin numpahin jutaan huruf yang bejubel dalam tempurung. Namun apalah daya, ada kerikil kecil yang menghalangi. Yooo wesssss, pagi-pagi langsung ngacir deh kesini.

Udah lama banget, dan berkali-kali pula saya denger kata-kata itu. Hingga disuatu sore (klo tidak salah. ahaha ketahuan banget pikunnya) ada status teman di bbm yang rasa-rasanya nyentil bangetya...
kurleb seperti ini "Berhijab tapi pacaran? Hijabnya udah lebar tapi masih berduaan sama bukan mahramny. jadi? #gakmausuudzon" Nah, begitulah bunginya (nyanyi kali ah). Sebenarnya klo kita gunakan logika jenaka mudah saja. Lhaaaa, wong yang sudah hijab-an puanjang bin lebar aje masih begono gimana dengan mereka yang gak berhijab. Soo?? you know kan? (masih belom mudeng?) oke lanjuuut..

Seorang penulis pernah bercerita tentang seorang wanita yang dia sudah berhijab lebar (lagi-lagi yah, si hijab jadi tersangka) namun wanita itu masih ngejar-ngejar cwo dan mempermalukan keluarganya sendiri (menolak lamaran seorang laki2, hanya kerena dia kepencut cwo lain). Dan lagi fenomena disekitar yang biasa kita lihat, di moooolll, di anggkot, di tempat gawe, di manapun ituh buanyaaak sekali mereka yg sudah berhijab gede masih tak beretika, kenapa saya bilang begitu? karena masih TIDAK MENJAGA INTERAKSINYA DENGAN LAWAN SPESIES (sorry caps lock jebol... hihi biar kelihatan), dan ini juga yang menjadi salah satu alasan saya untuk bikin tulisan ini, lantaran gereget sama seorang yang katanya sudah "hijrah" namun masih begitu... Yah, itu yang ane bilang diatas, itu yang ditulis pake huruf kapital...wkwkwkwk

Oke lanjut, sejujurnya kemajuan perkembangan dakwah islam dinegeri ini menunjukan kemajuan yang signifikan. Kini banyak kita jumpai dimana-mana banyak sekali kajian agama yang bisa kita ikuti, baik yang online maupun offline. Ini menunjukan bahwa adanya kesadaran dari para pemuda/i kita untuk kembali kepada islam, mengkaji islam, apasih islam itu? dsb-lah ya... Sehingga dari kajian-kajian itu muncul-lah fenomena komunitas yang mengatasnamakan hijrah,komunitas cinta islam, komunitas hijaber, dan lain-lain (lko disebutin satu2 gak bakal cukup satu minggu kayanya) ditambah lagi, beberapa tahun terakhir ini telinga kita sudah tidak asing lagi dengan kata "syar'i" mulai dari brand sebuah produk (hijab syar'i, jas hujan syar'i, baju syar'i) dan lain-lain lagih.. Para wanita menggunakan hijab syar'i seolah-olah sudah menjadi trend tersendiri. Ini sungguh membuat hati senang bukan? dimana hijab sudah bisa diterima dengan luas oleh masyarakat kita. Namun lagi-lagi masalahnya tidak berhenti sampai disitu, penggunaan hijab syar'i ini tidak lantas membuat kelakuan (ahlak) dan sikap seseorang berubah 360 derajat menjadi alim pula. Dan inilah yang menjadi bumerang saat ini. Hijabnya udah besar, namun yang menjadi topik pembicaraan masih ngeceng cwok, masih seputar belanja, masih seputar hijab apa ya yg lagi "in" sekarang, hangout yang enak dimana ya dll. Bukan tidak boleh, namun mari kita lihat lebih jauh lagi. bahwa sannya jatah hidup kita disini gak lama, sayang klo dihabisin buat nongki2 dan happyng fun ajah (sorry inggrisnya belepotan, biasa makan sampeu). Jika melihat dari sudut padang ini saja sudah dapat gambaran-lah kita bahwa yang menggunakan hijab lebar itu tidak serta merta mereka yang faham agama. Apalagi jika melihat perkembangan hijab dari beberapa tahun kebelakang, dimana sebelumnya sangat jarang sekali yang menggunakan hijab lebar. Pada awal tahun 90'an penggunaan hijab lebar hanya terbatas pada kalangan tertentu saja. Oke sampe disini mudah-mudahan udah rada ada bayangan.

Nah, selanjutnya...PR besar bagi kita semuanya (bagi yang sudah paham tentang hijab), adalah bagaimana memunculkan kesadaran pada mereka yang sudah berhijab lebar namun masih minus itu. Menurut hemat saya, miliaran manusia di dunia ini, dan jutaan orang yang sudah kita temui diantaranya, mereka hidup dari latar belakang yang berbeda-beda, perjalanan hidup yang juga tak se-sederhana yang kita bayangkan, kemampuan intelektual yang juga bermacam-macam, wawasan yang berwarna dan entah pengetahuan mereka seberapa banyak tentang tsaqofah islam ini. Maka dari itu mari kita semua belajar menjadi bijak, tidak menjeneralisir satu fakta dengan tanpa melihat latar belakangnya. Menurut saya, mengarahkan satu telunjuk untuk menyalahkan orang lain adalah satu hal yang tidak cerdas. Bukankah kita pernah mendengar "hisablah dirimu sendiri sebelum dihisab kelak", kata-kata yang dalam dan sarat makna. Mari kita ajak mereka yang sudah berhijab lebar minus itu untuk sama-sama mengkaji islam lagi, minimal dengan kita memberi contoh yang benar. Tak peduli dia melihat atau tidak, karena cahaya yang terang dalam kegelapan akan selalu dicari. Tulisan ini, menjadi pengingat untuk saya pribadi bahwa san-nya  PR kita masih banyak. Ketika saya melihat lingkungan sekitar yang kurang baik (seperti yang sudah saya jelaskan diatas) saya lebih melihat diri saya sendiri, bukankah kita itu adalah cerminan siapa teman/lingkungan kita. Maka ketika saya lihat seseorang yg hijab lebar tapi minus, saya melihat diri saya. Bahwa jangan-jangan saya salah memberikan contoh pada mereka. Wallahu a'lam

Tulisan ini hanya rangkaian kegundahan yang mencoba mengurai benang kusut saja.

Rabu, 17 Agustus 2016

yang katanya merdeka





Katanya hari ini adalah hari kemerdekaan.. benarkah??
mari kita tengok kedalam diri ini, apa sebenarnya merdeka itu..
akankah kita katakan merdeka jika nafsu masih kita ikuti.
ketika kita tak bisa lepas dari gadget, hingga abai dengan sekitar. Akankah ini yang dinamakan merdeka?
ketika kita bisa merasakan hidup damai, namun dibelahan bumi lain saudara kita hidup dalam bayang-banyang rudal. Akankah kita katakan kita merdeka?
Benarkah kita merdeka, ketika untuk menegakkan kembali syariat islam justru dianggap membahayakan NKRI.
Akankah kita merdeka ketika cicilan masih menggantung? (lol)
akanlah kita merdeka ketika hati masih belum seutuhnya tertaut pada Illahi..

Dari hasil percakapan dengan beberapa teman, tetangga sekitar tentang kata "merdeka" ternyata banyak versi ya..
kata mang Udin tukang sayur keliling, merdeka itu klo udah punya kois sayur yang besar, jadi gak usah keliling dorong gerobak. "Pegel harus jalan2 sambil dorong-dorong gerobak" begitu katanya.
kata teh Isah yang kerja di pabrik dan punya cicilan motor, merdeka itu klo motor saya udah lunas.
kata mang Beni yang punya anak 4 dan kerjanya jadi buruh, katanya merdeka itu klo Sinta (anaknya yg paling gede, kelas 2 SMA) udah lulus sekolah dan bisa bantu mang Beni.
kata kang Ipan yang sedang nyusun skripsi, katanya merdeka itu klo udah skripsi-an dan udah sidang.
kata neng Eni yang sudah bosan kerja dipabrik dan lagi baper mengen nikah, katanya merdeka itu klo sudah menikah, gak usah nyari nafkah sendiri, karena ada yg nafkahin.
kata Bu Nina, guru honor di SD sebalah. Merdeka itu klo udah diangkat jadi PNS.

Ternyata banyak versi ya dear tentang kata "merdeka". Setiap orang punya definisi masing-masing tentang kata merdeka. namun mari kita tarik sebuah kesimpulan... jika kita lihat makna merdeka menurut rekan-rekan kita, tidakkah kita lihat bahwa "merdeka" disana  hanya sebatas materi.
mari sejenak kita bertanya, apakah mang Udin akan merasakan merdeka jika sudah punya kios, atau teh Isah jika sudah lunas cicilan motornya, mang Beni dengan bantuan sinta-nya. Bukankah keinginan manusia itu tak akan ada habisnya? jikalau seorang manusia punya 5 gunung emas, niscaya ia akan menginginkan gunung emas yang ke-6. Atau kang Ipan yang katanya akan merasa merdeka jika sudang skripsi-an dan sidang? mungkin iya lega untuk sesaat, namun jauh diluar sana beban hidup ternyata semakin barat, rasa-rasanya masih mending jikalau harus mengulang 3 atau 4 kali skripsi-an.. hahaha(tertawa jahat)
Hmmmm... mari kita lihat neng Eni, yang bilang bakalan merdeka klo udah menikah. Pernyataannya tidak sepenuhnya salah namun juga tidak full benar. Kenapa demikian? karena apakah dengan berubah status menjadi seorang istri akan membuatnya merasa "merdeka"? saya fikir tidak, bukankah ketika kita memutuskan untuk menikah, itu artinya kita bersiap dengan satu amanah baru, yaitu mengurusi suami (lha, ngurusin hidup sendiri juga masih keteter, apatah lagi jika ditambah dg suami dan baby) bukan nakut-nakutin, yah cuman jangan melihat enaknya aja. Toh kita perlu persiapan ilmu untuk bisa terjun menjadi seorang istri yang solehah (apalagi adag embel2nya solehah... hehehe)
klo Bu Nina, belum tentu pula akan "merdeka" jika sudah PNS. kenapa sebab? yaaah, setiap rezeki yang Allah barikan itu sudah "pas" untuk kita. ketika pendapatan meningkat, maka kebutuhanpun akan meningkat (fakta dari diri sendiri ^_^)

Mari kita maknai kemerdekaan ini dengan sebenarnya makna. Merdeka bukanlah ketika kita tidak punya masalah, merdeka bukan kala kita tidak ada beban. Namun merdeka adalah ketika kita bisa taat pada Allah dengan sepenuhnya ketaatan. Tanpa tapi apapun. Serumit apapun masalah, seberat apapun beban jika punya Allah yang Maha punya segala solusi untuk masalah ini, ada Allah yang Maha memberi jalan keluar atas semua beban, maka saya fikir tak ada yang harus kita risau-kan. Dan jangan pula kita lupakan saudara-saudara kita yang tengah terjajah secara fisik di Dunia belahan lain. Ada kawajiban kita untuk mengulurkan tangan, ada beban kita untuk selalu mendoakan mereka. Pliiiiissss jangan hanya mikirin diri sendiri..

Udah itu aja... semoga kita semua bisa "Merdeka". Merdeka dari segala "godaan" dunia. Merdeka untuk taat pada Allah dengan sepenuhnya taat.. AAAmmmiiinnn




Minggu, 14 Agustus 2016

menguji istiqomah


Setiap pilihan jalan yang kita ambil akan selalu meminta bukti kesetiaan.
Sejatinya liburan tiga hari yang menggiurkan sudah didepan mata dengan segala fasilitasnya, dengan segala taburan bintang. Namun lagi-lagi pesa ustadzah sore ini membuyarkan semuanya. Ustadzah say "saya harap, kehadirannya selalu full. Tolak dan geser semua acara yang bentrok dengan kelas kita. Kita wakafkan sedikit waktu kita dari satu minggu ini untuk mengkaji Alquran". Ya Allah, jleb banget yaaaa...
Jikalau semester kemarin saya lulus full, meskipun harus kocar-kacir dari garut demi hanya untuk kelas Al-quran ini.
Semoga semester ini juga full ya Allah. Mudahkan semuanya, dan tetapkan hati ini istiqomah dalam mengkaji Al-quran. Sungguh hamba hanya ingin mendekat dan taat pada-MU. Aaammiiinnn

Generasi Baper

Akhir-akhir ini lagi booming banget sama kata "nikah muda" lantaran salah satu anak ustadz kondang nikah diusia yang masih belia atau lagi ranum2nya lah (nah lhoooo kaya buah aja, ranum segala). Teman kantor, teman pengajian, materi pengajian, bisik-bisik rempong ibu-ibu saat beli sayur, postingan di medsos, status bbm dan lain-lain semunya membahas topik "itu". Dan lagi, baru2 ini juga ada sebuah buku yang release dipasaran yang dari judulnya pun sudah bikin baper "Kau Penggenap Imanku".
Banyak teman curhat tentang ke-baper-an nya. Menumpahkan segala ke-galauan dan tak jarang dihiasi uraian air mata, sungguh cerita sendu. Apalagi kini banyak meme berserakan dijagat maya yang dengan angkuhnya berceloteh "yang 17 tahun udah nikah, yang 25+ kemana aja?" yah kurang lebih seperti itu-lah ya.. Jujur tulisan ini mewakili teman-teman yang memang sedang galau karena fenomena "*lv*n" ini (entah karena gue ada dilingkaran galau itu. Tapi enggak, aq gak galau kok. Beneran). Sebenernya lagi-lagi sudah sangat sangat sering kita mendengar bahwa sannya jodoh itu ada ditangan Allah, permasalahan hidup, mati, dan termasuk jodoh itu mutlak hak Allah. Mau ngasihnya kapan, sama siapa, dimana, itu ya gimana Allah aja. Dalam memahami takdir (kata ini populer setelah islam bersinggungan dengan filsafat. Sedangkan sejak masa Rasulullah an para sahabat, hanya mengenal Qadha dan Qadar saja). Dalam hal ini ada daerah yang manusia kuasai dan dearah yang menguasai manusia.
Mana saja daerah yang manusia kuasai? yaitu segala sesuatu yang manusia diberikan pilihan. contohnya pilih ngaji atau nongkrong, pilih nonton tv atau bantu mama masak. Hal-hal semacam itu adalah daerah yang manusia kuasai. Jika kemudian ada seseorang yang bodoh karena sering nongkrong daripada belajar lantas berkata "saya memang ditakdirkan menjadi bodoh" NO, itu adalah salah besar. Karena pada hakikatnya Allah sudah memberikan waktu yang sama pada setiap manusia, 24 jam diseluruh Dunia. Potensi yang tentu saja Allah berikan pula pada hambanya, dimana setiap manusia Allah anugrahkan Akal untuk dapat perfikir. Oke, terang???? terang-lah ya :)
Lalu dearah mana yang menguasai manusia? Nah, dearah yang menguasai manusia adalah diamana manusia tidak bisa menentukan pilihan. contohnya: kita tidak bisa request pada Allah untuk terlahir dengan jenis kelamin laki2 misalnya. Atau ingin terlahir sebagai kupu-kupu saja biar bisa terbang. Nah, kita tak bisa memilih bukan?. Kita ingin lahir ditempat nama (klo bisa request tentu saya akan minta dilahirkan di mekkah :)). Contoh lain, misalnya kita tidak bisa memilih untuk menghindari musibah spt tsunami misalnya, kecelakaan (namun yang bisa kita usahakan adalah tetap berkemudi dengan benar).

Oke, balik lagi ke masalah "nikah muda" dan "jodoh", siapa coba yang tidak mau nikah muda? Duhai para manusia, fahamilah bahwa kita tidak tau seberapa usaha teman kita untuk menggenapkan separuh agamanya. Kita tidak tau-kan klo para Jofisa(jomblo fisabilillah), telah berikhtiar semampu mereka. Kita juga tidak tau ada beban apa sehingga teman-teman kita masih belum mengakhiri keganjilannya. Mungkin masih ada beban keluarga, mungkin masih belum siap ilmu agamanya. Mungkin baru saja gagal taaruf (rada beurat pas ngtik ini, hahaha) Dll

Lagi, lagi dan lagi cobalah fahami para teman kita. Klo niatnya mau memotivasi ya silahkan saja, tapi ya jangan nyindir-nyindir. Klo memang peduli, bantu mereka dalam memantaskan dirinya. Klo kalian rasa sudah pantas, yah sodorin aja calonnya (jangan cuman nyinyir aja).

Jadi, dearah yang kita kuasai dalam urusan ini adalah berusaha memantasakan diri dihadapan Allah bahwa kita sudah layak untuk Allah genapkan. Jikalau Allah masih belum memberinya, tetaplah berhusnudzon kepada Allah dan teruslah belajar, belajar dan belajar memantaskan diri. Sejatinya jodoh yang pasti bagi kita adalah kematian. Setiap mahluk bernyawa pasti berjodoh dengan kematian.
Wallahu A'lam

say gooood byeeeee



Thank U violet, Thank U blue udah menemani sekian ribu langkah perjalananku.
love love love, kalian gak bakal tergantikan. dan sungguh aku melepasmu bukan katena kalian sudah tak berguna lagi. Semoga kalian lebih memberi manfaat untuk pemilik baru kalian.
bluuuueeeeee sungguh aku kangeeeeennnn pelukkanmu...
violeeeeeeetttt big hug, betah ya sayooooong.....
 

Aku tak se-asik dulu


Selamat pagiii subuhku....
semilir angin, sejuknya udara, langit yang masih gelap, kesunyian dan ketenangan...
Alhamdulillah, Allah masih berikan kesempatan untuk menghirup udara subuh...

Aku tak se-asik dulu, sebenernya udah lama banget pengen nulis ini.
Perjalananku sudah sejauh ini, terima kasih untuk keluarga yang selalu memberi doa terbaik dan dukungan.
Semoga kita bersama hingga JannahNYA kelak. Aaammiinnn

Klo dulu waktuku lebih banyak kita habiskan bersama untuk pergi nongkrong, kuliner, sing a song, tapi kini maafkan aku yang sering menolak ajakan kalian.
Klo dulu setiap bulan selalu ada waktu untuk kita shoping, namun kini maafkan aku yang sering beralasan untuk itu.
Klo dulu kita sering foto selfie yang gak karuan, kini maafkan aku yang sering menghindar.
Klo dulu kita sering rempong bercanda,ketawa-ketiwi gak karuan, kini maafkan aku yang lebih memilih diam. Kusadari semakin banyak aku berkata, semakin banyak aku berpeluang untuk salah. Aku memilih diam, karena memang topik yang dibicarakanpun tak bermanfaat.
Maafkan aku yang sok suci, sungguh bukan itu kawan. Aku hanya ingin lebih mendekat pada Illahi.

Dan karena sering menolak jalan bareng, karena aku lebih memilih untuk mengkaji agama.
Dan karena aku lebih memilih untuk diam, hingga akupun jarang terlibat percakapan dengan kalian.
Dan karena sering absennya aku dalam acara2 kalian, sedikit demi sedikit jarakpun terbentuk.

Namun sungguh, Allah Maha baik, Allah Maha tau. Allah pertemukan aku dengan teman2 yang juga satu irama, teman2 baru yang juga ingin lebih dekat lagi dengan Allah. Teman2 baru yang sungguh aku iri dengan semangat mereka mencari ilmu..

Sungguh kawan, maafkan aku yang tak se-asik dulu.
Kini aku sudah punya skala prioritas. Hidup bukan hanya tentang tertawa, selfie, dan merasa bebas.
Namun hidup adalah tentang ketaatan pada Illahi...
Sungguh aku lebih suka aku hari ini..
Ya Rabb, teguhkan hati ini dalam agamaMu..

Rabu, 20 Juli 2016

Mencerna...

Mencerna, mencerna, dan mencerna..
Melihat kejadian sekeliling, mencerna setiap kejadian. Merasakannya dan kembali mencerna.

Telah jauh melangkah dalam perjalanan ini. Semak, hutan, Keramaian, sunyi sepi
semua telah kulalui. Banyak ruang yang aku singgahi, hanya untuk meneliti dan mencari.
Ah, sampai kapan aku mencari?
Mungkin aku bukan sedang mencari, namun hakikatnya aq sedang memahami, memahami jika semua
yang terjadi di Dunia ini adalah kehendak Langit.

Sekuat apapun mengejar, Selama apapun menunggu, jika bukan bagianku maka angin akan
membuatnya terbang, walau sudah dalam genggaman.

Kini aku mengerti, bahwa kita hanya harus berjalan, berusaha dan berdoa.
Selebihnya biarlah Langit yang menentukan.
Ah, mari kita ganti rengekan ini. Rengekan bukan untuk bertanya kapan? namun rengekan untuk menguatkan.

Semoga Langit menguatkan kaki ini u/ tetap berjalan, hingga akhirnya bertemu dengannya
yang selama ini aku minta dalam setiap bisikku pada Langit.
Bukankah tujuan yang sama akan mempertemukan orang-orang dalam perjalanan.

Langit, aku tahu bahwa sabar itu tak bertepi dan syukur itu bukan hanya sebatas lidah.

Jumat, 15 Juli 2016

Disatu sore

Satu sore dimusim hujan, seorang gadis menatap kosong keluar jendela. Dari ruang tamu itu, ia memandang rintik hujan yang turun sore ini. Daun-daun yang basah karena curahan hujan, orang-orang yang berlarian menyelamatkan diri, menutupi kepala dengan apa saja. Ah, bukankah hujan adalah berkah. Rezeki yang Tuhan turunkan untuk kita? lalu kenapa kita justru menghindar?... Manusia memang mahluk yang aneh (satidaknya, itu kesimpulanku saat ini). Ada seekor kucing putih yang melingkar diatas sofa tempat gadis itu duduk, tertidur lelap seolah tak peduli dengan hujan deras sore ini.

Nisa masih menatap kosong keluar jendela. Tiba-tiba Ayah, seorang laki-laki tua berusia sekitar 60 thn masuk tanpa ia sadari.Duduk disamping Nisa sambil membawa dua cangkir coklat panas. "Ah, ayah.. bikin kaget" gumam Nisa bercampur gugup karena kedatangan ayah yang tidak ia sadari. "Ini coklatnya, Ayah sengaja bikin 2".
"Makasih Yah." Hening, mereka sama-sama menatap keluar jendela. Menikmati suara hujan. Fikiran mereka entah melambung kemana. Hingga tiba-tiba Ayah bersuara "Sudah lama Ayah melihatmu tak seceria dulu nak, kenapa? bicaralah pada Ayah." lagi-lagi hening, pandangan Nisa masih tak berpaling dari jendela, hatinya masih terasa sakit. "Yah, kenapa di Dunia ini harus ada rasa sakit hati dan kecewa?". Ayah menatap gadis kecilnya yang kini sudah tumbuh dewasa, usianya 23 tahum. Namun bagi laki-laki tua itu, Nisa tetaplah anak-anak. Dia masih ingat rengekan Nisa yang minta digendong tiap sore untuk jalan keliling komplek (laki-laki itu tersenyum). Seiring  bertambahnya usia, rengekan itu semakin jarang. Dia hanya melihat pertumbuhan anaknya,tanpa banyak lagi bertegur sapa. Gadis kecilnya sudah punya dunia sendiri. Hingga sore ini, sebuah pertanyaan meluncur dari mulut mungilnya. tak ada kata yang keluar untuk beberapa saat. Akhirnya Ayah buka suara. "Di Dunia ini, bukan hanya rasa sakit hati dan kecewa nak (berhenti sesaat dan menghembuskan nafas berat). Tapi ada bahagia, bangga, senang. Kau tahu untuk apa semua rasa itu Tuhan ciptakan?" laki-laki itu memandang lekat wajah putrinya. Ada segurat kesedihan disana, pandangan mata yang redup dan mata yang tampak berkaca-kaca. Ayah mendekatkan duduknya dengan gadis itu, membelai rambut hitamnya dan melanjutkan kata-katanya "Semua rasa itu Tuhan ciptakan agar kita mampu mengendalikannya" Laki-laki itu mengambil gelas coklatnya dan meminumnya pelan-pelan. "Ketika kau bahagia, janganlah terlalu berlebihan. Mengumbarnya kemana-mana, hingga orang lain iri melihatmu. Dan ketika bersedih, jangan pula kau katakan kepada semua orang yang kau temui, karena orang yg tak menyukaimu akan menari-nari melihatnya. Dunia ini hanya singkat nak, orang-orang yang membuatmu kecewa, maafkanlah mereka. Maka beban hatimu akan terasa ringan. Di alam keabadian kelak, kita tak akan repot dimintai pertanggung jawaban atas apa yang orang lain lakukan pada kita. Buang rasa dendam dan marahmu nak, Ayah ingin kamu terbang tinggi dan menari lagi.Meraih semua mimpimu." mata-laki-laki tua itu berkaca-kaca, seolah bisa merasakan rasa sakit gadis kecilnya. Perlahan Nisa memeluk Ayahnya, "Ayah, Nisa ingin memaafkan tapi...." kalimatnya tercekat, menggantung diantara isakan yang tak bisa lagi tertahan.
Laki-laki itu mendekapnya, memberikan perlindungan terbaik yang bisa ia berikan utuk gadis kecilnya. Dalam hati ini berdoa "Tuhan, sembuhkan luka hati purti kecilku". Dari kejauhan, lamat-lamat terdengan suara adzan maghrib, langit dengan mendungnya makin pekat dibalut malam. Hujan masih turun, namun tak sederas tadi sore. Pelan-pelan Nisa melepaskan pelukannya, menyapu kedua matanya yang basah dan tersenyum pada laki-laki tua itu, Ayah balas menatapnya. Mengangguk dan berkata lirih "Tuhan sudah memanggil kita nak, tumpahkanlah segala sakitmu pada-Nya."

Ayah terlebih dahulu bangkit, meninggalkan Nisa yang masih terdiam. "Ayah, masih ada satu tanyaku..." gadis itu berkata pelan dan ikut berdiri menyusul Ayahnya untuk solat magrib.



Quote: haaaiii haaaiiii makasih ya yang udah mampir diblogg ini. tinggalkan jejak dong, biar kita saling nyapa di dunia internet, kali aja...#eh

Kamis, 14 Juli 2016

semacam berlibur

Bagiku membaca adalah sebuah kegiatan berlibur. yah, berlibur dari rutinitas yang membosankan.
Seperti memasuki dunia baru. Kita tinggal pilih, cerita seperti apa yang kita inginkan, dan masuklah kedalamnya. Seperti keluar dari dunia sendiri, seperti pergi dari kenyataan dan menemukan dunia baru.
Saya selalu penasaran, bagaimana seorang penulisbisa membawa kita masuk kedalam alur ceritanya. Ah, mungkin ini yang dinamakan dengan kekuatan narasi,.. Inilah duniaku, dunia buku. mau kau sebut kutu buku? Terserah..

Senin, 11 Juli 2016

Kufikir semua baik2 saja


Selama ini, kufikir semua baik-baik saja. Ternyata, disana ada seorang ibu yang setiap hari selalu cemas memikirkan anak2 anaknya. Suaminya sudah 3bln tidak bekerja, kedua anaknya masih sekolah. Kebutuhan dapur setiap hari harus tetap terpenuhi.
Kufikir semua baik-baik saja, nun jauh disana ribuan orang hidup dalam  bayang-bayang bom, jangankan
untuk memikirkan fashion, untuk makanpun susah sekali.
Kufikir semua baik-baik saja, ternyata banyak orang diluar sana yang entah bagaimana nasibnya, hidup terkatung-katung, menjadi korban keserakahan manusia lain.
Ah, ternyata aku yang tak peka pada sekitar. Terlalu egois, hanya memikirkan diri sendiri.
Ya Rabb, Ampuni aku...

Jumat, 01 Juli 2016

memaafkan...


Baru aku memahami kenapa memaafkan itu lebih mulia dari minta maaf.
kau tahu, ketika seorang mememutuskan untuk memaafkan, dia sejatinya sudah mengalahkan jutaan ego.
menenggelamkan ribuan logika dan tentu saja perasaan yang sudah pasti terluka.

Ah, aku baru tahu. bahwa memiliki hati yang lapang dan jernih itu begitu indah.
Sejak puluhan tahun lalu aku menyimpannya, marah ketika aku mengingatnya. Dan sangat marah ketika aku melihat wajahnya, bahkan saat aku mendengar namanya. Kebencian yg begitu kuat, dan bukan tanpa alasan.
beribu-ribu kali mama selalu berkata "maafkanlah mereka" dengan suata lemah dan pandangan mata yang sayup. Namun aku tak pernah kenal dengan kata maaf. Enak sekali mereka, sudah membuat kegaduhan, membuatku jengkel, menjelekan keluarga, berbicara seenaknya, lantas aku harus memaafkannya.
Aku tak pernah setuju dengan pendapat mama tentang "maaf". Sejak kicil satu, dua luka yg tergores dan tak pernah sembuh. Hingga beranjak dewasa, luka itu bertambah dan semakin banyak. hingga kusaksikan banyak manusia yang hakikatnya hanya "sampah".

Rabu, 22 Juni 2016

Anisa Ayumi- Pedihku

Menarik nafas panjang berkali-kali. "Ya Allah, hamba mohon sembuhkanlah hati ini" terisak, cairan bening tak terbendung lagi, Nisa, begitu ia biasa disapa, terbaring ditempat tidur memeluk boneka panda kesayangan, membenamkan wajahnya dengan terisak. Masih teringat jelas dalam ingatannya ketika Maria membentaknya, dilain waktu, kembali Maria mengoloknya. Terasa perih dihatinya. Ingin ia memaafkan semua kejadian itu, ingin ia melupakan semuanya. Namun pedih sembilu itu masih terasa. Berkali-kali berdamai dengan hatinya, meminta pertolongan Allah agar ia mampu mengikhlaskan semuanya.
Namun ketika Nisa melihat wajah Maria, rasa muak yang terlalu membuncah. Goresan luka itu seperti kembali menganga. Derap jantungnya kian capat, menahan semua marah dalam dada. Begiyi berkali-kali setiap bertatapan dengan Maria. Kamar yang nyaman itu terasa sumpek kala ia teringan Maria, sedalam inikah kebencian itu? "Ya Rabb, aku tak mau seperti ini". Hingga tak terasa Nisa terlelap dalam isakan tangisnya. Mama mengetuk kamar Nisa berkali-kali "Nis, lagi ngapain?" "Nisa, Mama masuk boleh ya?"
namun tetap tidak ada jawaban, perlahan Mama membuka pintu, didapatinya Nisa yang terlelap memeluk boneka kesayangannya dengan genangan air mata yang tersisa. Mama mengehela nafas panjang, membelai kepala Nisa "Kenapa kamu sayang? Ya Allah, jangan kau berikan beban berat untuk putriku" tak terasa butiran beningpun menetes dari mata Mama. "semua doa terbaik Mama untukmu nak" buru-buru Mama menyeka butiran itu dengan punggung tangannya, segera meninggalkan ruangan itu.



Kamis, 02 Juni 2016

Langitku...


Kalau oleh aku menyerah,
Kalau boleh aku mengeluh,
Kalau boleh aku berhenti saja,
Kalau boleh aku marah,
Kalau boleh aku putus asa,

Dalam semua kecewaku pada manusia,
Dalam semua gejolak marahku pada manusia,
Dalam semua kebencianku pada manusia,

Namun Langit terus menatapku,
Namun Langit terus menguatkanku,
Namun Langit terus tersenyum,
Namun Langit terus memanggilku.

Dalam sujud panjangku aku mengadu,
Dalam sujud panjangku aku merintih,
Dalam sujud panjangku aku melepaskan,
Dalam sejud panjangku aku memohon,
Dalam sujud panjangku Langit mendekapku..

Tak peduliku pada semua cerca manusia egois. Karena dalam dekapan Langit, aku tenang..


Aku Pergi



Entah berapa lama ku habiskan waktu untuk menunggumu, melihat setiap gerak gerikmu, dan mencoba mendekat. Namun kusadar, mendekatimu adalah sebuah kesalahan. Kesalahan terbesar dalam hidupku.

Kini, seiring mentari yang meng- hangat, terik lalu menghilang tenggelam keufuk timur, aku sadar, bahwa  sudah seharusnya aku meneruskan perjalanan. Tak lagi diam disitu hanya untuk memastikan kau menoleh.
Ah, mungkin jalannya memang harus seperti ini. Kenapa pula aku harus tergoda?.
Tergoda untuk mampir dan menunggumu. Ini bukan tentang sebuah penyesalan, namun akan kesadaran yang akhirnya kutemukan, hahhaha lucu memang, aku kalah pada ketidak pastian manusia. Namun bagiku Kepastian Langit jauh lebih aku yakini.
Kini aku pamit, pamit pada rumput yang setia menemani, pada Pak tua yang selalu memberi senyum saat aku menunggumu dibangku itu.
Aku pamit pergi, melepasmu bersama angin.

Minggu, 22 Mei 2016

Story of Nisa

Bismillahirohmannirrohim..
Selamat malam semua... Ujan-ujan gini enaknya nyicip sekoteng yah, kalo enggak susu jahe boleh deh, ato coklat panas juga nikmat (sayang semua itu hanya dalam hayalan) hahahaha
Dari pada ngelantur kesana-kemari (meskipun bukan untuk mencari alamat. Apasih) mending kita bikin cerbung aja. Jadi mulai sekarang, mimin bakal banyak ngepost dalam bentuk cerbung aya kali ya, meskipun sedikit diselingi dengan tulisan dari kegalau-an, keresah-an, dan perenung-an mimin yang kadang gak jelas, maafkeun atuh yaaa (mimin cuman pengen nulis aja kok).. hehehe
Selamat menikmati yah,,,,

Oke, kisah ini bercerita tentang perjalanan seorang anak manusia (ye laaaaah, klo anak kambing mah siapa yang mau peduli) yang penuh dengan rintangan benteng takeshi. perjalanan yang menyenangkan disertai siulan burung-burung yang ikut bernyanyi, mentari yang tersenyum cerah dan semilir angin yang menyejukkan. Namun terkadang dalam sebuah perjalanan tak ayal kita dapati gulungan awan hitam, kilat yang menyambar, dan duri yang menghadang, lolongan anjing yang mencekam atau bahkan kamu dikejar si-anjing itu, ah betapa repotnya bukan. Coba kalian bayangkan, udahmah langit yang mendung hitam, kalian tidak bawa payung maka dengan terburu-buru berlari ingin segera sampai ditujuan, namun tiba-tiba kilat yg menyambar dan laginya terdengan lolongan anjing yang membuatmu gentar, dan tiba-tiba anjing itu ada di belakangmu, menggong-gong dan hendak menggigit. Ketika kamu lari, si-anjingpun mengejarmu, dan saat kamu berlari, ternyata jalan yang kamu susuri itu penuh dengan duri. Ah, tak dapat ku bayangkan gimana itu kondisinya, rumit bukan? yah... begitupun dengan jalan cerita 'Nisa Ayumi' dkk.




Senin, 16 Mei 2016

Garut itu? Manis kaya kue burayot & bisa membuang segala racun.

Assalamualaikum.
Haiii....

nulis lagi nyoook,.. Oke beberapa hari kemarin, tepatnya tgl 5-7 mei aku  mengikuti kegiatan TnT (Traveling and Teaching) di regional Garut spesial HARDIKNAS. Tak dapat dipungkiri bahwa  kepergiku ke Garut dengan setumpuk jenuh dan sejuta kecewa (halah, mulai lebay). Kepergianku kesana mungkin semacam lari dari kenyataan (beuuh, lemah), yah gitulah ya pokonya, semacam mencari suasana baru untuk merapikan hati yang sudah garut marut (carut marut maksudnya ^^).

Jadi di TnT itu, saya bertemu dengan banyak orang dari berbagai latar belakang, dan melihat kultur baru dalam sebuah masyarakat. Dan salutnya, ternyata masyarakat disana masih memegang budaya dalam hal bahasa (murut saya inimah), jujur disini sendiri, orang2 yang menggunakan bahasa sunda halus itu hanya sekelumit orang saja. Sedangkan di Garut sana sejauh yang saya temui mereka masih menggunakan bahasa sunda halus. Banyak acara yang dilalui mulai dari ketemu panitia yang someah dan balageur, para volunteer yang kece, gokil dan seru2. Perjalanan Traveling yang aduhai, digonjang ganjing dalam truk. Nge-camp di bukit teletubies, dan menyusuri pantai sayang heulang. Hingga akhirnya menuju tempat teaching yang medannya itu waaaarrrr biasaaaa, nikreuh dimalam hari, di gong-gong anjing warga (yang saya heran, ditiap rumah itu ada anjingnya. mungkin semacam satpam. Entahlah) menuruni turunan tajam yang licin dan ada salah satu volunteer yang jatuh juga. Sampe di TKP dengan banjir keringat, dan saat para volunteer rehat, tiba-tiba salah satu volunteer ada yang nyeletuk "Kue Kueeee" lantaran ngeliat susunan rebana yang menyerupai kue ulang tahun, belum lagi satu piala yang kelihatannya kaya cakwe ( efek kehabisan energi habis tracking. hahaha gokil aslina). Dan keseruan masih berlanjut kawan. Pagi harinya semua volunteer siap-siap untuk teaching. Di teaching ini, saya berasa beruntung banget bisa sekolah dengan normal dan banyak lagi nikmat Allah yang harus saya syukuri.  Well, kalo saya ceritain semua disini bakal habis ber ribu-ribu paragraf (beneran lhoooo). Dan semua cukup saya rangkum dalam memori, tersimpan dalam hati dan terkenang dalam ingatan. Garut, oh garut menyisakan memori yang manis seperti rasa kue burayot (itu nama kue siapa yang kasih yah? bisa kepikiran ngasih nama 'Burayot' hahahahahaha).

Dan kalau ditarik kesimpulan dari pemaparan diatas (halah pamaparan, cerita capruk meureun yah) bahwa san-nya saat semua rutinitas menjemukan, orang-orang sekitar yang memuakkan dan problem yang terasa menghimpit, mungkin kita butuh piknik, keluar dari zona kita. Entah untuk menepi sendiri, atau berlari untuk bertemu banyak orang, belajar tentang perbedaan dan keragaman. Tapi yah, jangn keseringan juga, karena menyebabkan terkurasnya isi dompet (hahahaha)

Bulan mei yang cantik, hadiah ulang tahun yang paling manis.. Alhamdulillah..






Rabu, 04 Mei 2016

Waiting....





Menunggu, sebuah kata yang menjemukan dan membosankan bukan?
Kurang lebih 56 jam aku menunggu balasannya, hahaha cukup menggelikan bukan? menghitung seberapa lama kamu akan membalas pesanku. Tentang perasaan, kadang seseorang dibuat bodoh, dibuat seperti anak kecil dan dibuat seperti ling-lung. Ah, sudahlah. Bukankah aku sudah terbiasa menunggu. Bahkan aku sudah lupa dengan waktu yang kuhabiskan dengan menunggu.Dan mungkin, sekarang waktunya untuk aku pergi.Tak ada yang pasti memang, apakah kamu atau siapa yg aku tunggu.Pesonamu mulai pudar seiring kesadaranku. Inilah pilihanku, mengunci semua celah hingga yg seharusnya menjabat tangan bapak ku.

Menurutku 'menunggu' bukanlah kata pasif, yang dihabiskan dengan melamun. Namun, bagiku menunggu adalah kata kerja. dimana aku bisa mempersiapkan banyak hal untuk perjalanan denganmu.
Menyiapkan hati yang lebih lapang, agar nanti kamu bisa leluasa didalamnya.
Menyiapkan telinga untuk lebih peka mendengar keluh dan gundahmu.Suatu hari nanti, kamu bebas menceritakan apapun padaku, tanpa aku memotong ceritamu.
Menyiapkan lisan yang lembut, agar nanti kau merasa nyaman disisiku.
Ah, dan satu lagi. aku belajar untuk banyak mengucapkan 'Terima Kasih'. Agar nanti aku bisa berterima kasih padamu atas semua yg telah kau berikan.

Sudah dulu ya, aku sedang belajar menghafal akhir-akhir ini.
hafalan unutk anak kita kelak.
Semoga kaupun begitu...
Dan aku masih berusaha meraba siluet wajahmu.

Sabtu, 30 April 2016

Untuk apa kamu sibuk?


Sejatinya dunia ini penuh dengan hiruk-pikuk aktifitas. dari mulai membereskan tempat tidur, hingga urusan perang palestina yang tak kunjung usai.

Banyak alasan dibalik sebuah kesibukan. Bagi seorang ayah, sibuknya bekerja adalah untuk nafkahnya bagi keluarga, untuk kehidupan yang lebih layak. Bagi seorang singgle parent sibuknya adalah untuk meredakan tangis anak bayinya yang minta susu formula. Bagi seorang anak muda, sibuknya adalah untuk memastikan gadget terbaru bisa ia bawa pulang. Bagi seorang siswa, sibuknya adalah untuk mengejar juara, demi hadiah yang dijanjikan ayah. Namun bagi seorang wanita yang duduk dipojok mesjid raya, dengan menggunakan dres bunga-bunga, menatap kosong dengan sejuta kecewa, suara nafasnya yang lamban dengan desahan istigfar yang tiada henti, sibuknya adalah untuk menyembunyikan luka. Luka yang bertahun ia timbun, namun luka baru selalu muncul. Ia tengah menarik diri dari keramaian dunia. Menikmati sepinya dalam sendu.
Ia membunuh segala kecewa yang dirasa dengan kesibukkan yang sulit dipercaya. Tak pernah ada jeda baginya, kecuali untuk berbaring, melenturkan otot-ototnya dalam tidur yang tak lebih dr 5 jam.
Semua keluhnya hanya pada Langit ia tumpah curahkan. Doaku semoga  Langit memberi kelapangan pada hatimu, keluasan samudra untuk menetralkan segala hina.

Jumat, 29 April 2016

Tanda tanya

Apa jadinya jika dunia tanpa "tanda tanya" (?). . .
Sedikit berbagi keresahan dari apa yang saya alami akhir-akhir ini, dimana kepala saya dipenuhi oleh bergai pertnyaan. Mulai dari kenapa?, kapan? dan bagaimana?. Entahlah pertanyaa-pertanyaan itu bermunculan silih berganti, menari-nari menertawakan kebingunganku yang tak bisa menjawabnya.

Hingga kupilih untuk menepi, mencari celah untuk aku melihat sekeliling, seolah ku "pause" diriku sendiri dan aku bisa melihat lalu-lalang orang-orang, hingar-bingar suara yang memekakan telinga. Hingga aku bisa mendengar percakapan mereka, mendengar kegundahannya, dan beribu keluhan yang terlontar dari mulut-mulut ganasnya.. Ah, ternyata bukan hanya aku yang punya seribu tanya, merekapun demikian.
Ku sandarkan punggung pada tembok sebuah mushola kecil, kutarik nafas dalam dan kuhembuskan.
Meresapi setiap inchi udara yang masuk kedalam paru-paru, menukarnya dengan karbondioksida..

Ku ulang pertanyaan itu  "Bagaimana jadinya jika dunia ini tanpa tanda tanya (?)" dan jawabanku : "Jika dunia ini tanpa tanda tanya (?) maka Manusia akan berhenti bergerak, karena sejatinya pertanyaanlah yang membuat kita terus bergerak dari satu tempat ketempat lain. Mencari jawaban atas sejuta tanya yang menhantui. Seorang ayah yang terus bekerja demi memenuhi pertanyaan "akankah anakku bisa makan esok hari", seorang mahasiswa terus mengerjakan tugas yang dibebankan dosen padanya demi satu pertanyaan "akankah aku lulus pada waktunya", seorang wanita terus bergerak mencari ilmu, belajar memantaskan diri demi satu pertanyaan "kapankah dia akan memjemputku". Jadi terang benderanglah kini, bahwa tanda tanya (?) telah membuat kita terus bergerak, hingga waktu kita didunia ini habis.


Kebebasan


Apa yang kalian fikirkan saat mendengar kata "Bebas/Kebebasan". saya yakin hampir diantara kita menerjemahkan kata bebas dengan suatu kondisi yang kita bisa melakukan apapun semau kita tanpa ada yang menegur. benar begitu? Jika seperti itu pengertiannya, ketahuilah wahai kawan, maka kemanapun kau pergi, kita tak akan menemukan tempat sebebas itu (menurut saya). Bukankan di Dunia ini segala sesuatu terkait hukum sebab akibat, saling terhubung dan bersinggungan. Jika memang ya, lantas kemana kita akan mencari tempat sebebas yang kita inginkan.

Adakah tempat yang kita bisa menangis sepuasnya, tertawa sepuasnya, benci sepuasnya, kecewa sedalamnya dan bahagia selapangnya tanpa mengganggu orang lain? Hei... aku menemukan tempat itu, dimana kita bisa tertawa dan menangis sepuasnya. Kalian mau tahu???

Hmmm... baiklah akan aku bagikan rahasia terbesarku pada kalian, menurutku tempat yang kita maksud ada disekitar rumah kita, dimanahkah itu? "Buku". Menurutku, membaca buku bisa mengeluarkan semua expresi yang kita miliki, entah itu kecewa, marah, sakit hati, bahagia dan lain sebagainya. Benarkan kawan? terserah kalian jika tak sependapat denganku, tak apah..
Namun bagiku, buku = kebebasan, dimana kita bisa tertawa, menangis, kecewa, marah 'Sepuasnya' tanpa ada orang lain yang terganggu.

Sabtu, 23 April 2016

Pesan Langit 2





Akhirnyaaaaa.... bisa nulis blog lagi, hehehe
setelah kemaren ada sedikit gangguan di planet jupiter yang berakibat goncangan di bumi (apasih, mulai ngaco)
Oke, jadi gini.
11 minggu terhitung mundur dari saya menulis di blog ini (ayo kapan?.. mikir dikit gapapa kan), saya menghadiri perkuliahan perdana dr sebuah lembaga yang saya ikuti. Dan betapa terkejutnya saya ketika temanya yaitu "Bunda, jadikan aku penghafal Qur'an", pertama kali melihat sepanduk yang terpampang didepan, saya agak mengernyitkan dahi. Apa 'bunda' dalam benakku, yo wesss lah itung-itung latihan jadi bunda fikirku. Dalam seminar itu dibahas bagaimana cara menjadi ibu yang bisa mendidik anak menjadi seorang hafidz dan hafidzoh. ada satu statment yang membuat saya tercenung kala itu, saat sang penulis buku "Bunda jadikan aku penghafal Qur'an" itu berkata (oh ya, acaranya bedah buku ) "Para Ibu dan para Ayah, seandainya anak kita yang masih kecil boleh untuk memilih dari rahin siapa mereka ingin lahir, tentu mereka pasti akan memilih ingin dilahirkan dari rahim seorang ibu yang solihah dan juga punya ayah yang solih"

Saya sengaja mengambil jeda, meresapi apa yang dikatakan oleh pembicara.. Hingga akhirnya berakhir pada sebuah kesimpulan " kita memang ingin mempunyai anak yang solih dan solihah, namun kita lupa mempersiapkan diri menjadi orang tua yang solih/hah". Difikir-fikir bener juga yah, kita ingin punya anak solih/hah tapi kitanya gak solih/hah. kalau anak kecil bisa ngomong kira2 mereka akan bilang gini "Yaa elah, emak pengen punya anak solih/hah, gua juga pingin kali punya emak yang solihah" nah lhoooo... Udah nangkepkan intinya. ^^

Tak cukup sampai disitu kawan. 2minggu belakangan ini, aku lagi2 berdiskusi dengan seorang penulis, Bunda Ellina Supendy, beliau peraih penghargaan UMMI Award 2008 (diskus via cozora, buat temen2 yang merasa awam baru denger "cozora". coba deh searching cozora.com ) dalam sharing malam itu, saya kembali berkesempatan belajar menjadi seorang ibu yang sabar luar biasa, bagaimana mendidik anak tanpa marah. Subhanallah.. Luar biasanya beliau.
Dan lagi kawan, 2hari berselang setelah sharing itu, saya berkesempatan mencuri ilmu dari salah satu teman tahsin saya yang sudah nikah (ibu muda, Aaaaahhh bikin baper emang) lagi-lagi saya banyak belajar dari ceritanya tentang perbedaan iklim keluarga besar, bagaimana menghadapi saudara yang tak sepemahaman dan lain lagi..

Ah,,, sudah sampai mana diri ini memantaskan diri ya Rabb, hanya Engaku yang tahu.
aku hanya menerjemahkan pesan Mu kali ini bahwa aku harus menjadi ibu yang hebat untuk anak-anak ku kelak.. AAAAmmmmiiinnn.

Dan kau, hei calon imamku. Jangan pernah lelah untuk terus belajar ya... Sampai ketemu dipelaminan ^_^

Kepedihan siapa yang hendak kau bawa pergi


Tepat jam 5 sore, saat jam pulang kerja. Hujan turun dengan perlahan. Setitik, lalu berubah menjadi gerimis, seorang wanita perusia 25 tahun tampak berlari keluar kantor, seperti ingin segera pergi dan terburu-buru, entah karena gerimis, atau karena hatinya yang juga tengan dilanda badai.

Dengan terburu menggunakan sepeda motor pulang bersama temannya, diperjalalan tak banyak bicara, tak terasa ada butiran gerimis lain disudut matanya, manun lagi-lagi gerimis menutupinya. Tak ada yang tau kalu bukan iar hujan yang membasahi pipinya. Sapai dirumah, wanita itu langsung masuk kamar, sementara diluar gerimis berubah menjadi hujan deras. Dari balik jendela, wanita itu menatap langit gelap dan hujan yang desar, menupahkan badai yang dia tahan tak karuan, menangis dengan kuat sambil melihat awan pekat, seolah bertanya pada langit, kenapa badai ini begitu besar??? hingga hujan dipelupuk mata tak bisa kubendung..

Tak lama, Ia tertunduk dan kembali menatap hujan deras. Hujan, entah duka siapa yang ingin kau bawa  pergi.. "Aku mohon, bawalah badai didada dan hujan di sudut mata ini pergi bersama aliranmu". . .

Semoga pelangi segera muncul demi melihanya kembali tersenyum.... ^^