Kamis, 02 Juni 2016

Aku Pergi



Entah berapa lama ku habiskan waktu untuk menunggumu, melihat setiap gerak gerikmu, dan mencoba mendekat. Namun kusadar, mendekatimu adalah sebuah kesalahan. Kesalahan terbesar dalam hidupku.

Kini, seiring mentari yang meng- hangat, terik lalu menghilang tenggelam keufuk timur, aku sadar, bahwa  sudah seharusnya aku meneruskan perjalanan. Tak lagi diam disitu hanya untuk memastikan kau menoleh.
Ah, mungkin jalannya memang harus seperti ini. Kenapa pula aku harus tergoda?.
Tergoda untuk mampir dan menunggumu. Ini bukan tentang sebuah penyesalan, namun akan kesadaran yang akhirnya kutemukan, hahhaha lucu memang, aku kalah pada ketidak pastian manusia. Namun bagiku Kepastian Langit jauh lebih aku yakini.
Kini aku pamit, pamit pada rumput yang setia menemani, pada Pak tua yang selalu memberi senyum saat aku menunggumu dibangku itu.
Aku pamit pergi, melepasmu bersama angin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar