Menarik nafas panjang berkali-kali. "Ya Allah, hamba mohon sembuhkanlah hati ini" terisak, cairan bening tak terbendung lagi, Nisa, begitu ia biasa disapa, terbaring ditempat tidur memeluk boneka panda kesayangan, membenamkan wajahnya dengan terisak. Masih teringat jelas dalam ingatannya ketika Maria membentaknya, dilain waktu, kembali Maria mengoloknya. Terasa perih dihatinya. Ingin ia memaafkan semua kejadian itu, ingin ia melupakan semuanya. Namun pedih sembilu itu masih terasa. Berkali-kali berdamai dengan hatinya, meminta pertolongan Allah agar ia mampu mengikhlaskan semuanya.
Namun ketika Nisa melihat wajah Maria, rasa muak yang terlalu membuncah. Goresan luka itu seperti kembali menganga. Derap jantungnya kian capat, menahan semua marah dalam dada. Begiyi berkali-kali setiap bertatapan dengan Maria. Kamar yang nyaman itu terasa sumpek kala ia teringan Maria, sedalam inikah kebencian itu? "Ya Rabb, aku tak mau seperti ini". Hingga tak terasa Nisa terlelap dalam isakan tangisnya. Mama mengetuk kamar Nisa berkali-kali "Nis, lagi ngapain?" "Nisa, Mama masuk boleh ya?"
namun tetap tidak ada jawaban, perlahan Mama membuka pintu, didapatinya Nisa yang terlelap memeluk boneka kesayangannya dengan genangan air mata yang tersisa. Mama mengehela nafas panjang, membelai kepala Nisa "Kenapa kamu sayang? Ya Allah, jangan kau berikan beban berat untuk putriku" tak terasa butiran beningpun menetes dari mata Mama. "semua doa terbaik Mama untukmu nak" buru-buru Mama menyeka butiran itu dengan punggung tangannya, segera meninggalkan ruangan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar