Selasa yang penuh Asa...
Sepagi ini kembali saya tuliskan satu topik yang membuat saya kefikiran terus, berhari-hari terus membayangi, karena itu saya tuangkan juga disini.
Perkembangan medsos dan gadget yang kian pesat saat ini, membuat apapun yang kita cari bisa kita dapatkan dalam "satu sentuhan". Seolah apa yang terlintas dalam benak bisa divisualkan. Entah berapa keuntungan Mr. gugel perhari, mengingat manusia saat ini tak bisa jauh-jauh darinya.
Sekarang itu emang jamannya blak-blakan (ini bahasa saya saja) atau apa ya? seolah setiap orang tidak lagi mempunyai ruang pribadinya, semua terlihat transparan, tak ada sekat dan batas. Apa yang terjadi, apa yg dirasakan oleh seseorang, satu kampung, satu kota atau bakhan dunia bisa mengetahuinya. Setiap orang berlomba "mempertontonkan" kehidupan mereka. Apalagi setelah mewabahnya IG, dimana gambar bisa diupload dari manapun, kegiatan apapun bisa diekspose dan siapapun bisa mengaksesnya.
Tak jarang kita terkagum-kagum dengan picture yang mereka share, seolah terlihat sempurna. foto jalan-jalan, foto2 makanan, sedang di cafe A, sedang bersama B, melacong ke D, siang ini makan E. Dan dalam semua fotonya tampak sempurna. Semua hal yang berbau "happy" diposting. Sehingga orang yang melihat akan memberikan kesimpulan "enak banget ya, jadi dia". Tak elak lagi, orang-orang masa kini banyak yang butuh pengakuan, untuk apa?(entahlah, mungkin saya mesti riset untuk menjawabnya). Semua orang saling memperlihatkan bagian "happy" dalam kehidupannya (saya lebih suka menyebutnya dengan kata "hedon". entah ini hanya saya saja yang tidak bisa mengimbangi kemajuan teknologi). Saya sering sekali berdialog dengan diri sendiri (jangan fikir kaya orgil ya, saya masih waras kok) untuk apa mereka "memamerkan" semua itu. Ketika seseorang memposting satu makanan yg sadaap nan mahal, padahal yang melihat (nun jauh disana-sini) belum tentu pernah mencoba mencicipinya, kemudian muncul hasrat ingin mencoba pula, padahal tidak punya duit (hahaha) bukankah itu akan menjadi masalah bagi yg melihat.
Lalu muncul satu pertanyaan, apakah kehidupan "asli" nya benar-benar selancar itu? mungkin iya, namun saya pribadi hanya geleng-geleng kepala. Sejatinya kehipuan ini silih berganti. Entah keyakinan dari mana, bahwa saya yakin seyakin-yakinnya, bahwa yang kebanyakan orang share dalam medsos-nya adalah hanya bagian yang "happy" nya saja. Sedangkan dalam "asli" nya mungkin lebih sering mereka sebaliknya. Kenapa demikian, karena setiap orang sudah pasti punya masalah masing-masing (ini hanya pemikiran saya saja kok).
Saya hanya mengajak siapapun yang membaca tulisan ini untuk tidak tertipu dengan "pencitraan" seseorang dalam medsos. Bukankan setiap orang ingin terlihat "sempurna"? Jangan terlalu asyik melihat kehidupan orang lain, mari fokus pada kehidupan pribadi kita.
Udah sih itu aja.. Wallahu A'lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar