Sabtu, 23 April 2016

Pesan Langit 2





Akhirnyaaaaa.... bisa nulis blog lagi, hehehe
setelah kemaren ada sedikit gangguan di planet jupiter yang berakibat goncangan di bumi (apasih, mulai ngaco)
Oke, jadi gini.
11 minggu terhitung mundur dari saya menulis di blog ini (ayo kapan?.. mikir dikit gapapa kan), saya menghadiri perkuliahan perdana dr sebuah lembaga yang saya ikuti. Dan betapa terkejutnya saya ketika temanya yaitu "Bunda, jadikan aku penghafal Qur'an", pertama kali melihat sepanduk yang terpampang didepan, saya agak mengernyitkan dahi. Apa 'bunda' dalam benakku, yo wesss lah itung-itung latihan jadi bunda fikirku. Dalam seminar itu dibahas bagaimana cara menjadi ibu yang bisa mendidik anak menjadi seorang hafidz dan hafidzoh. ada satu statment yang membuat saya tercenung kala itu, saat sang penulis buku "Bunda jadikan aku penghafal Qur'an" itu berkata (oh ya, acaranya bedah buku ) "Para Ibu dan para Ayah, seandainya anak kita yang masih kecil boleh untuk memilih dari rahin siapa mereka ingin lahir, tentu mereka pasti akan memilih ingin dilahirkan dari rahim seorang ibu yang solihah dan juga punya ayah yang solih"

Saya sengaja mengambil jeda, meresapi apa yang dikatakan oleh pembicara.. Hingga akhirnya berakhir pada sebuah kesimpulan " kita memang ingin mempunyai anak yang solih dan solihah, namun kita lupa mempersiapkan diri menjadi orang tua yang solih/hah". Difikir-fikir bener juga yah, kita ingin punya anak solih/hah tapi kitanya gak solih/hah. kalau anak kecil bisa ngomong kira2 mereka akan bilang gini "Yaa elah, emak pengen punya anak solih/hah, gua juga pingin kali punya emak yang solihah" nah lhoooo... Udah nangkepkan intinya. ^^

Tak cukup sampai disitu kawan. 2minggu belakangan ini, aku lagi2 berdiskusi dengan seorang penulis, Bunda Ellina Supendy, beliau peraih penghargaan UMMI Award 2008 (diskus via cozora, buat temen2 yang merasa awam baru denger "cozora". coba deh searching cozora.com ) dalam sharing malam itu, saya kembali berkesempatan belajar menjadi seorang ibu yang sabar luar biasa, bagaimana mendidik anak tanpa marah. Subhanallah.. Luar biasanya beliau.
Dan lagi kawan, 2hari berselang setelah sharing itu, saya berkesempatan mencuri ilmu dari salah satu teman tahsin saya yang sudah nikah (ibu muda, Aaaaahhh bikin baper emang) lagi-lagi saya banyak belajar dari ceritanya tentang perbedaan iklim keluarga besar, bagaimana menghadapi saudara yang tak sepemahaman dan lain lagi..

Ah,,, sudah sampai mana diri ini memantaskan diri ya Rabb, hanya Engaku yang tahu.
aku hanya menerjemahkan pesan Mu kali ini bahwa aku harus menjadi ibu yang hebat untuk anak-anak ku kelak.. AAAAmmmmiiinnn.

Dan kau, hei calon imamku. Jangan pernah lelah untuk terus belajar ya... Sampai ketemu dipelaminan ^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar