Sabtu, 30 April 2016

Untuk apa kamu sibuk?


Sejatinya dunia ini penuh dengan hiruk-pikuk aktifitas. dari mulai membereskan tempat tidur, hingga urusan perang palestina yang tak kunjung usai.

Banyak alasan dibalik sebuah kesibukan. Bagi seorang ayah, sibuknya bekerja adalah untuk nafkahnya bagi keluarga, untuk kehidupan yang lebih layak. Bagi seorang singgle parent sibuknya adalah untuk meredakan tangis anak bayinya yang minta susu formula. Bagi seorang anak muda, sibuknya adalah untuk memastikan gadget terbaru bisa ia bawa pulang. Bagi seorang siswa, sibuknya adalah untuk mengejar juara, demi hadiah yang dijanjikan ayah. Namun bagi seorang wanita yang duduk dipojok mesjid raya, dengan menggunakan dres bunga-bunga, menatap kosong dengan sejuta kecewa, suara nafasnya yang lamban dengan desahan istigfar yang tiada henti, sibuknya adalah untuk menyembunyikan luka. Luka yang bertahun ia timbun, namun luka baru selalu muncul. Ia tengah menarik diri dari keramaian dunia. Menikmati sepinya dalam sendu.
Ia membunuh segala kecewa yang dirasa dengan kesibukkan yang sulit dipercaya. Tak pernah ada jeda baginya, kecuali untuk berbaring, melenturkan otot-ototnya dalam tidur yang tak lebih dr 5 jam.
Semua keluhnya hanya pada Langit ia tumpah curahkan. Doaku semoga  Langit memberi kelapangan pada hatimu, keluasan samudra untuk menetralkan segala hina.

Jumat, 29 April 2016

Tanda tanya

Apa jadinya jika dunia tanpa "tanda tanya" (?). . .
Sedikit berbagi keresahan dari apa yang saya alami akhir-akhir ini, dimana kepala saya dipenuhi oleh bergai pertnyaan. Mulai dari kenapa?, kapan? dan bagaimana?. Entahlah pertanyaa-pertanyaan itu bermunculan silih berganti, menari-nari menertawakan kebingunganku yang tak bisa menjawabnya.

Hingga kupilih untuk menepi, mencari celah untuk aku melihat sekeliling, seolah ku "pause" diriku sendiri dan aku bisa melihat lalu-lalang orang-orang, hingar-bingar suara yang memekakan telinga. Hingga aku bisa mendengar percakapan mereka, mendengar kegundahannya, dan beribu keluhan yang terlontar dari mulut-mulut ganasnya.. Ah, ternyata bukan hanya aku yang punya seribu tanya, merekapun demikian.
Ku sandarkan punggung pada tembok sebuah mushola kecil, kutarik nafas dalam dan kuhembuskan.
Meresapi setiap inchi udara yang masuk kedalam paru-paru, menukarnya dengan karbondioksida..

Ku ulang pertanyaan itu  "Bagaimana jadinya jika dunia ini tanpa tanda tanya (?)" dan jawabanku : "Jika dunia ini tanpa tanda tanya (?) maka Manusia akan berhenti bergerak, karena sejatinya pertanyaanlah yang membuat kita terus bergerak dari satu tempat ketempat lain. Mencari jawaban atas sejuta tanya yang menhantui. Seorang ayah yang terus bekerja demi memenuhi pertanyaan "akankah anakku bisa makan esok hari", seorang mahasiswa terus mengerjakan tugas yang dibebankan dosen padanya demi satu pertanyaan "akankah aku lulus pada waktunya", seorang wanita terus bergerak mencari ilmu, belajar memantaskan diri demi satu pertanyaan "kapankah dia akan memjemputku". Jadi terang benderanglah kini, bahwa tanda tanya (?) telah membuat kita terus bergerak, hingga waktu kita didunia ini habis.


Kebebasan


Apa yang kalian fikirkan saat mendengar kata "Bebas/Kebebasan". saya yakin hampir diantara kita menerjemahkan kata bebas dengan suatu kondisi yang kita bisa melakukan apapun semau kita tanpa ada yang menegur. benar begitu? Jika seperti itu pengertiannya, ketahuilah wahai kawan, maka kemanapun kau pergi, kita tak akan menemukan tempat sebebas itu (menurut saya). Bukankan di Dunia ini segala sesuatu terkait hukum sebab akibat, saling terhubung dan bersinggungan. Jika memang ya, lantas kemana kita akan mencari tempat sebebas yang kita inginkan.

Adakah tempat yang kita bisa menangis sepuasnya, tertawa sepuasnya, benci sepuasnya, kecewa sedalamnya dan bahagia selapangnya tanpa mengganggu orang lain? Hei... aku menemukan tempat itu, dimana kita bisa tertawa dan menangis sepuasnya. Kalian mau tahu???

Hmmm... baiklah akan aku bagikan rahasia terbesarku pada kalian, menurutku tempat yang kita maksud ada disekitar rumah kita, dimanahkah itu? "Buku". Menurutku, membaca buku bisa mengeluarkan semua expresi yang kita miliki, entah itu kecewa, marah, sakit hati, bahagia dan lain sebagainya. Benarkan kawan? terserah kalian jika tak sependapat denganku, tak apah..
Namun bagiku, buku = kebebasan, dimana kita bisa tertawa, menangis, kecewa, marah 'Sepuasnya' tanpa ada orang lain yang terganggu.

Sabtu, 23 April 2016

Pesan Langit 2





Akhirnyaaaaa.... bisa nulis blog lagi, hehehe
setelah kemaren ada sedikit gangguan di planet jupiter yang berakibat goncangan di bumi (apasih, mulai ngaco)
Oke, jadi gini.
11 minggu terhitung mundur dari saya menulis di blog ini (ayo kapan?.. mikir dikit gapapa kan), saya menghadiri perkuliahan perdana dr sebuah lembaga yang saya ikuti. Dan betapa terkejutnya saya ketika temanya yaitu "Bunda, jadikan aku penghafal Qur'an", pertama kali melihat sepanduk yang terpampang didepan, saya agak mengernyitkan dahi. Apa 'bunda' dalam benakku, yo wesss lah itung-itung latihan jadi bunda fikirku. Dalam seminar itu dibahas bagaimana cara menjadi ibu yang bisa mendidik anak menjadi seorang hafidz dan hafidzoh. ada satu statment yang membuat saya tercenung kala itu, saat sang penulis buku "Bunda jadikan aku penghafal Qur'an" itu berkata (oh ya, acaranya bedah buku ) "Para Ibu dan para Ayah, seandainya anak kita yang masih kecil boleh untuk memilih dari rahin siapa mereka ingin lahir, tentu mereka pasti akan memilih ingin dilahirkan dari rahim seorang ibu yang solihah dan juga punya ayah yang solih"

Saya sengaja mengambil jeda, meresapi apa yang dikatakan oleh pembicara.. Hingga akhirnya berakhir pada sebuah kesimpulan " kita memang ingin mempunyai anak yang solih dan solihah, namun kita lupa mempersiapkan diri menjadi orang tua yang solih/hah". Difikir-fikir bener juga yah, kita ingin punya anak solih/hah tapi kitanya gak solih/hah. kalau anak kecil bisa ngomong kira2 mereka akan bilang gini "Yaa elah, emak pengen punya anak solih/hah, gua juga pingin kali punya emak yang solihah" nah lhoooo... Udah nangkepkan intinya. ^^

Tak cukup sampai disitu kawan. 2minggu belakangan ini, aku lagi2 berdiskusi dengan seorang penulis, Bunda Ellina Supendy, beliau peraih penghargaan UMMI Award 2008 (diskus via cozora, buat temen2 yang merasa awam baru denger "cozora". coba deh searching cozora.com ) dalam sharing malam itu, saya kembali berkesempatan belajar menjadi seorang ibu yang sabar luar biasa, bagaimana mendidik anak tanpa marah. Subhanallah.. Luar biasanya beliau.
Dan lagi kawan, 2hari berselang setelah sharing itu, saya berkesempatan mencuri ilmu dari salah satu teman tahsin saya yang sudah nikah (ibu muda, Aaaaahhh bikin baper emang) lagi-lagi saya banyak belajar dari ceritanya tentang perbedaan iklim keluarga besar, bagaimana menghadapi saudara yang tak sepemahaman dan lain lagi..

Ah,,, sudah sampai mana diri ini memantaskan diri ya Rabb, hanya Engaku yang tahu.
aku hanya menerjemahkan pesan Mu kali ini bahwa aku harus menjadi ibu yang hebat untuk anak-anak ku kelak.. AAAAmmmmiiinnn.

Dan kau, hei calon imamku. Jangan pernah lelah untuk terus belajar ya... Sampai ketemu dipelaminan ^_^

Kepedihan siapa yang hendak kau bawa pergi


Tepat jam 5 sore, saat jam pulang kerja. Hujan turun dengan perlahan. Setitik, lalu berubah menjadi gerimis, seorang wanita perusia 25 tahun tampak berlari keluar kantor, seperti ingin segera pergi dan terburu-buru, entah karena gerimis, atau karena hatinya yang juga tengan dilanda badai.

Dengan terburu menggunakan sepeda motor pulang bersama temannya, diperjalalan tak banyak bicara, tak terasa ada butiran gerimis lain disudut matanya, manun lagi-lagi gerimis menutupinya. Tak ada yang tau kalu bukan iar hujan yang membasahi pipinya. Sapai dirumah, wanita itu langsung masuk kamar, sementara diluar gerimis berubah menjadi hujan deras. Dari balik jendela, wanita itu menatap langit gelap dan hujan yang desar, menupahkan badai yang dia tahan tak karuan, menangis dengan kuat sambil melihat awan pekat, seolah bertanya pada langit, kenapa badai ini begitu besar??? hingga hujan dipelupuk mata tak bisa kubendung..

Tak lama, Ia tertunduk dan kembali menatap hujan deras. Hujan, entah duka siapa yang ingin kau bawa  pergi.. "Aku mohon, bawalah badai didada dan hujan di sudut mata ini pergi bersama aliranmu". . .

Semoga pelangi segera muncul demi melihanya kembali tersenyum.... ^^

Menerjemahkan pesan Langit


Beberapa bulan ini kembali mengikuti aktifitas pembelajaran seperti layaknya anak sekolah, disebuah lembaga Qur'an, belajar membenarkan bacaan Qur'an dan belajar banyak lagi tentang kisah2 dalam Al-Qur'an. Dalam perjalanannya, saya meyakini bahwa tidak ada sesuatupun di dunia ini yang terjadi secara kebetulan. Bagi saya semua sudah dalam sekenario yang Maha Kuasa.

2 bualan lebih saya berada dilembaga itu, Allah pertemukan saya dengan para penghafal Quran (ada salah satu teman saya yg jauh lebih muda dan seorang hafidzoh :( makin merasa ciut ), banyak pelajaran yang bisa saya ambil. Hingga disuatu sore penglihatan saya tertuju pada papan pengumunan yang ada di teras kelas, setelah saya mendekat, saya baca apa isi pengumuman itu, dan ternyata mengenai pembukaan santri penghafal quran, melirik pada kertas disebelahnya, ternyata itu info lowongan kerja. Langsung berbinar mata saya, mengingat saya memang berencana untuk pindah kerja dari tempat sebelumnya. Setelah diteliti, saya yakin akan kualifikasi yang tertesa disana bahwa saya memenuhi syarat itu. Tapi, tepat dipoint 7 saya terhenti, optimis saya runtuh. Tepat di point 7 syaratnya adalah " Hafal 30zuj Al-Quran". Berasa disengat listrik pokonya. Alhirnya saya hanya menghembuskan nafas panjang, dan meninggalkan papan pengumuman itu, 1 jam berselang, hp saya berbungi, ada yang kirim broadcast rupanya, dan ternyata itu Bc lowongan kerja, lagi-lagi saya antusias. Dan sekali lagi saya terhenti pada point no. 10 "Minimal Hafal 15juz" , lagi lagi saya hanya menghela nafas panjang dan menutup hp.

Selang beberapa hari saya ikut acara diskusi salah satu komunitas dengan pembicara seorang penulis yang lagi booming banget novel nya "Tuhan Maha Romantis" . dalam hati saya bersyukur banget bisa ikut live diskusi ini. Dan karena saya interest sama penulis ini, akhirnya saya kepolah dengan akun medsosnya, dan ternyata beliau adalah alumni IFQ (Indonesia Foundation Quran) salah satu lembaga untuk mahasiswa penghafal Quran, Hmmm.. dan lagi saya bersinggungan dengan dunia menghafal Qur'an. ternyata IFQ ini sudah menerbitkan sebuah buku, karena penasaran belilah saya buku itu. Dan isinya luar biasa bangeeeeeeeeettttt, bikin malu, semalu-malunya sama diri sendiri. Mengaku gak punya waktu untuk Al-Quran, padahal mereka (para mahasiswa) yang tergabung dalam IFQ itu adalah orang-orang yang aktifitasnya lebih padat dari saya. Usut punya usut ternyata saya kembali bertemu (baru tadi sore)dengan seseorang yang dia punya metode menghafal Quran bagi yang menghafal bukan dipondok yaitu dengan "Al-Quran card", itu adalah quran berbentuk kecil yang bisa kita bawa kemana-mana, cukup dengan masukkan kedalam saku, kapanpun kita ada jeda, kita bisa menghafal dengan Quran card itu.

Subhanallah, itu membuat saya merenung, meluangkan waktu untuk jeda, menerjemahkan pesan Langit apa yang ingin saya dapatkan, Hingga saya berkesimulan, bahwa Langit ingin saya menjadi bagian dari penjaga Kalam Nya.. ALLAHU AKBAR...

Tersungkur aku ya Rabb... Betapa ku merasa banyak noda untuk menjadi bagian dari keuargaMu. Namun entah kenapa aku sekaligus merasa bahagia pula, energi yang aku punya seperti berkali-kali lipat untuk mewujudkannya. Bismillah Ya Rabb, Masukkanlah Al-Quran ini kedalan Qalbuku.. Aaaammmmiiiiinnnn

Bersama waktu


Cukup bagiku mengalah pada waktu.
Berharap ia berbaik hati memeluk ragaku bersamamu..
Melembutkan hatimu.
Menghadirkan cinta itu tumbuh disetiap celah hatimu.
Cukup bagiku mengalah pada waktu.
Dengan penuh kesabaran aku menantimu.
Menunggu hatimu menyambut diriku..
Cukup bagiku mengalah pada waktu.
Berharap ia berbaik hati merestui ragaku bersamamu.
Membentangkan jalan cintanya.
Untuk kita berlabuh dalam bahtera cintaNya.
Cukup bagiku mengalah pada waktu.
Berharap indah pada waktunya..

By : Wndy P

Kamis, 14 April 2016

Teruslah merasa menjadi kecambah, agar kau sll berusah untuk tumbuh






        Waktu terus bergerak, Dunia terus berputas, hari, bulan, tahun terus berjalan..
saya memperhatikan tentang orang-orrang sekitar, berdiskusi, melempar tanya, dan ber gurau.
diantara sekian banyak pertanyaan yang saya ajukan kepada mereka, saya selalu bertanya "apa yang akan dilakukan kedepannya?" "adakah sebuah goal?" dari rata-rata yang saya temui, banyak dari mereka yang tidak menyadari akan berbuat apa untuk satu dua tahun kedepan, kebanyakan hanya mengatakan ya mengalir seperti biasa, menjalankan rutinitas dan goal yang mereka targetkanpun hanya seputar dunia. misalnya, ada teman saya yg belum nikah, maka target mereka ya ingin nikah, ada teman saya yang blm punya anak, ya mereka ingin punya anak. ada teman saya yang sudah nikah tapi belum punya rumah, ya tergetnya ingin punya rumah. Tak ada yang salah memang, hanya saya rasa kenapa itu kok terlalu standar yah. Atau entah saya yang kurang nornal.

Menurut saya kita hidup untuk terus tumbuh, timbuh menjadi manusia yang berdaya guna. kenapa saya sebut berdaya guna? karena menurut saya keinginan seputar dunia itu tak akan pernah habis, sedangkan berdaya guna adalah nilai manfaat yang bisa diberikan seseorang untuk sekitarnya. Kenapa saya bilang demikian, karena menurut saya banyak orang disekitar saya yang terjebak dengan rutinitas, tanpa target dan tanpa keinginan. Bukan tak punya keinginan untuk berubah mungkin, hanya saja sudah merasa nyaman dengan keadaan dan tidak punya kesadaran untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Lalu pertanyaannya, bagaimana caranya agar kita bisa tumbuh? sebenernya simpel kawan, kita hanya butuh terus menambah pengalaman, menambah ilmu, menambah wawasan, menambah link, dan kadang kita butuh merenung. memeberikan jeda pada diri untuk mencari makna dalam kehidupan.

Karena hidup untuk selalu tumbuh, maka tambahlah terus ilmu, pengalaman, wawasan dan kawan. teruslah tumbuh untuk berdaya bagi sekitar. Hingga suatu titik, saat tugas kita selesai didunia ini.

Luangkan waktu untuk jeda, bukanlah bacaanpun akan bermakna jika ada titik dan koma sebagai jeda. Selamat merenung, memikirkan diri ini yang harus tetap tumbuh demi satu misi dari langit.

Sibuk, Benarkah?

Selamat siang, dan selamat makan siang...
Hanya ingin berbagi tentang persepsi orang akan kata "Sibuk"..

Pernah melihat orang selalu update di medsos?
entah itu bbm, Fb, Instagram ataupun itu.
mereka sibuk meng-update keberadaan mereka,
sibuk mempublikasikan apa yang mereka kerjakan,
sibuk membahas apa yang mereka rasakan.

ada satu pertanyaan yang tergatung kala saya merenung
Apakah mereka benar-benar sibuk?
kesana-kemari dengan setumpuk kegiatan..
menurut saya, mereka bukanlah orang sibuk, namun
orang-orang kesepian yang mencari perhatian.
karena sejatinya orang yang sibuk dengan aktifitasnya
tak akan peduli dengan media sosial.
apalagi hanya untuk update status yang remeh temeh.
ini hanya pendapat pribadi saya, jika kalian tak setuju, tak apa.
Semoga kita tidak termasuk dari mereka yang kesepian.

Sabtu, 09 April 2016

Jiwa Yang Tenang






Duhai jiwa yang tenang, menetaplah disini...
Terhanyutku dalam tantunan sabda Nya...

Saat ku terbangun dan bisa menghirup udara pagi yang sejuk meski  terasa sesak karena dada sempit terhimpit. Terhimpit oleh ke-egoisan diri, keserakahan dan keangkuhan. Sering kali mencari siapa yang salah dari kejadin ini, namun enggan menoreh diri yang penuh duri. Duri yang menggoreskan luka pada siapa yang mendekat. Ya Rabb, betapa ku malu pada Nabi ku yang membalas semua caci, hina dan luka hati dengan mendoakan yang terbaik untuk para pencaci, para penghina yang nestapa. Kisah Tho'if yg memberi cambuk bagiku, betapa Nabiku mengajariku kelembutan, meski jibril menawarkan membinasakan penduduk Tho'if dengan melemparkan gunung agar mereka binasa. Namun Nabiku memilih mendoakan mereka dengan harapan akan ada dari keturunan Tho'if yang akan beriman.

Saat kuterbangun dgn hati terhimpit,  kurasakan bahwa Langit memberiku satu kesempatan untuk belajar lapang dada. Satu hari yang diberikan Langit agar aku bisa belajar ikhlas, memaafkan, menjadi rendah hati dan memberiku kesempatan untuk menjadi pribadi yang lembut.

Lewat orang-orang hebat yang berjumpa denganku, Langit hendak mengajariku bahwa diatas langit masih ada langit. Langit mengajariku agar tak berjalan dibumi ini dengan kesombongan. Toh semua ini hanya sementara, dunia tak ada artinya.

Lewat orang-orang pencibir dan penghina, Langit tengah mengajariku arti memaafkan.
Arti kesabaran, arti keihlasan. Bahwa dunia itu hina, dan siapa yang mengejar dunia, maka ia adalah para pengejar kehinaan. orang yang menghina, sebenarnya tengah memperlihatkan kehinaan dirinya sendiri.

Saat diri banyak tanya, dan banyak pinta. Tak pernah cukup dengan karunia Mu yang begitu melimpah. aku tertegun dengan satu kutipan dari buku yang kubaca disepertiga malam yang gundah, seolah langit berkata

"Sudahkah kalian percayakan kehidupan kalian kepada-Ku sepenuhnya?"

Dan tak kuasaku menahan hujan yang turun dari sudut mata ini.... Ya Robbi ampuni kami...

Hari-hari ini, aku banyak belajar tentang merunduk,...
Merasakan kerdilnya diri dihadapan Kebesaran Mu..
Merasakan hinanya diri  dihadapan Keagungan Mu...
Memohon ampunan Mu dengan noda sebanyak bumi.
Namun dalam sabda Mu aku tahu bahwa Ampunan Mu seluas jadad raya.
Demi Zat yang dunia ada dalam genggamanNya,.
Raja dihari pembalasan.
kuserahkan hidup dan matiku.
Mohon ampuni kami...


Jumat, 08 April 2016

Hujan






Hujan adalah bukti cinta langit pada bumi
Meski harus jatuh dari ketinggian ber-ratus km hujan tetap berani
Demi satu kata, berjumpa dengan bumi
Jatuh, melebur, bersatu dan membuat bumi kembali semi

Aku benci para pencaci hujan
Bagiku, hujan dapat menghapus sepi
Bagiku, hujan dapat menyamarkan tangisan
Tak ada yang tau jika saat hujan, air matakupun jatuh
Jatuh bersama dengan jatuhnya hujan
Seperti malam ini...
Terima kasih hujan, telah menemaniku dalam sendu
Hujan, aku akan selalu merindukanmu
Dalam lantunan surat yusuf yang makin mengiris

Belajar dari Julaikha yang melepaskan
Dengan kesabarannya, hingga Allah satukan jua dg yusuf
Hujan dibulan April
Malam ini sendu karena rindu yang tertahan
Hujanku padamu..

Pergilah Bersama Angin






Kurasakan angin yang berhembus menyapa
Lembut membelai dan membuai
Terasa kesejukan saat menerpa

Kaupun datang seperti angin
Tak terasa, lembut dan membuatku terbuai
Namun ku tersadar, bahwa hadirmu tidaklah benar
Kau masuk bukan dari pintu depan
Melainkan dari jendela, saatku menikmati semilir angin sore

Kumohon, pergilah bersama angin
Jangan singgah dan menetap disini
kecuali kau ketuk pintu dahulu

Angin, kumohon bawa siluet wajahnya pergi
Pergi jauh hingga saatnya nanti
Ada yang mengetuk pintu itu
Dan aku telah siap pergi bersamanya