Senin, 17 Agustus 2015

Yang Terlupakan



Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

Masih dihari yang sama saat dua kejadian terjadi dihadapanku, masih dengan herannya aku memikirkan tingkah manusia yang 'menyusahkan dirinya sendiri'.

Matahari mulai tenggelam saat gelap datang menyelimuti dunia, sayup sayup terdengar adzan magrib berkumandang, aku bergegas mengambil air wudhu. Dengan terburu buru aku masuk kamar mandi (biasanya suka rebutan sama coki yang malah mandi disaat adzan magrib). Alesannya sih cukup masuk akal, biar Fress solat magribnya. Setelah wudhu, aku melaksanakan solat maghrib. Sejak pulang kantor tadi, kepalaku terasa begitu berat. biasanya setelah solat magrib dilanjutkan dengan tadarus Alqur'an, namun kali ini aku memilih untuk berbaring, sakit kepalaku tak bisa kuajak kompromi. Habis isya masih bisa tadarus fikirku. Berbaring dengan merasakan sakit, kelopak mataku tak bisa dibuka sempurna, silau yang kurasa. Akhirnya aku memejamkan mata untuk waktu yang lama, hingga kantuk menghampiriku dan aku tertidur pulas.

Pukul 00:04 aku terbangun, sadar belum solat isya, aku segera bangkit, tampak sajadah yang masih terhampar dan mukena diatasnya yang tak ku bereskan setelah solat magrib tadi. sunyi-sepi, semua penghuni rumah sudah tertidur dengan pulas, tante dan coki memilih tidur diruang depan tivi, atau mungkin mereka ketiduran saat nonton tivi, aku melewati mereka menuju kamar mandi, ku ambil wudhu dan segera melaksanakan solat isya, selesai itu aku lanjutkan dengan tadarus Alquran. satu juz yang biasa aku selesaikan dalam dua kali baca saat pergantian waktu, saat magrib dan subuh, namun kali ini kau membacanya ditengah malam. Selesai itu aku hendak membaringkan tubuh kembali, saat tiba-tiba terdengar suara "BUK" dan rintihan yang mengaduh berkali-kali. Suara "BAK" "BUK" itu terdengar dan diikuti orang yang berteriak memaki "sakit tau" "dasar anjing" "aduh, sakit". Kutajamkan pendengaran untuk memastikan. Dan itu bukan suara tivi tetangga yang masih menyala, melainkan suara seseorang diluar jemdela yang mengaduh kesakitan seperti sedang dipukuli. Saketika itu jantungku langsung berdetak lebih cepat dari biasa, keringat keluar disekujur tubuhku, lemas. Dalam fikiranku, kalau orang itu dibiarkan digebukin bisa mati dia. Kuberanikan membuaka sedikit gordeng untuk melihat kejadian diluar sana, namun nihil aku tak melihat apapun, semua gelap.Tapi bunyi "BAK" "BUK" disertai rintihan dan makian masih kudengar dengan jelas. Aku memberanikan diri keluar kamar dan membengunkan tante "tante, bangun" aku goyang-goyangkan tubuhnya, tak lama tante terbangun dan kebingungan kenapa aku membangunkannya. Aku berbisik "diluar ada orang yang digebukin tan, coba dengerin" akhirnya tanteku menajamkan pendengarannya, diapun terkejuat dan langsung bangun ingin memastikan apa yang terjadi diluar sana, dia mendekati gorden ruang tamu, dan mengintip dibaliknya, namun nihil. Beberapa kali mengambil posisi yang tepat untuk mencari tau dari mana asal suara itu, tiba tiba tante berhenti dijendela yang mengarah kejalan raya, sementara aku hanya terkulai lemas disudut ruang tivi, takut sesuatu terjadi diluar. Fikiranku masih terbayang kejadian tadi siang ditempat kerja, mungkinkah 'pelakunya' sudah tertangkap dan dihakimi disini (mengingat jarak kantor dan rumah tante yang tidak begitu jauh) atau pemuda dikampung ini berkelahi (beberapa waktu yang lalu pernah terjadi perkelahian, dan korban dikeroyk beberapa orang yang memukulinya), semua masih belum jelas. Hingga akhirnya tante angkat suara "Astagfirulloh, itu orang gila mukul-mkul dada dan wajahnya sendiri". Aaaaaaaahhhh.... ada rasa lega "hanya orang gila", penasaran aku ikut melihatnya dari balik gordeng. Seorang laki-laki yang bertubuh pendek dan kucel mondar-mandir dijalan, sambil memukul-mukul wajah dan dadanya sendiri hingga bunyi "BAK" "BUK" terdengar oleh kami dari dalam rumah yang berjarak 25meter, terdengar begiru jelas dan memilukan. Dan dia pula yang mengaduh dan memaki, seolah sedang berdialog memerankan karakter berbeda dalam satu raga.

Akhirnya semua kembali, tante dan coki tidur kembali dan akupun kembali kekamar tidur. Namun dipembaringan aku tak bisa secepat itu untuk memejamkan mata, aku menarik nafas. Ada rasa pilu, tiba-tiba ingatanku membayangkan bagaimana jika Allah, mengambil ingatanku malam ini, sedangkan Allah mengangkat pena untuk orang yang hilang akal karena gila dan tidur. Tiba-tiba air mata menetes, begitu nikmat sempurnanya akal yang luput kami syukuri Ya Rabb. Akal, yang mengantarkanku pada pilihan saat ini, mengambil islam sebagai jalan hidup setelah keraguan kualami didalamnya, namun Allah membimbingku melalui akal untuk mendapatkan kebenaran NYA. Bersyukurlah atas akal sempurna yang Allah berikan kepada kita. Gunakan akalmu untuk sampai pada NYA. dalam banyak sabda Nya, Allah selalu menyuruh manusia untuk berfikir, mentadabburi kebesarannNya.
Wallahu A'lam
 Maha suci Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar