Segala Puji hanya milik Allah, Rabb yang maha menumbuhkan Cinta....
Nisa, seorang gadis usia 22 tahun yang sedang semangat dengan dunia kuliahnya.
(flassback sejenak) Sejak sekolah SMA dulu, ada beberapa cowok ganjen yang mencoba mendekatinya.
Namun Nisa, begitu gadis itu biasa disapa selalu menganggap ucapan 'cinta' (nembak kalo bahasa gaholnya mah) sebagai sebuah lelucon. Sayang seribu sayang, sekuat-kuatnya benteng pertahanan Nisa untuk tidak pacaran, ternyata ada satu cowok yang dia taksir juga (kecengan meureun yah) dan cowok itu, sebut saja Angga juga naksir sama Nisa, beberapa kali Angga menyatakan perasaannya, dan lagi-lagi Nisa hanya membalas dengan tersenyum dan menanggapinya dengan lelucon (padahal hatinya kecolongan juga). Hingga akhirnya mereka pernah beberapa kali jalan, sebelum akhirnya dunia persekolahan disibukkan dengan persiapan ujian negara, yang merupaka momok menakutkan bagi para anak kelas 3 SMA.
Beberapa Tahun Kemudian...
Tak terasa, 4 tahun sudah berlalu dari masa SMA. Nisa, remaja polos itu kini sudah berubah menjadi gadis sederhana yang berjuang gigih demi masa depan dan cita-citanya. Untuk bisa duduk dibangku kuliah, dia harus menundanya selama 2 Tahun demi mencari biaya masuk perguruan tinggi, dan menimba ilmu disana.
Seiring berjalannya masa, pengetahuan Nisa terus bertambah. Sebagai mahasiswa yang aktif di lembaga dakwah, Nisa punya banyak kegiatan. Semenjak dia nyemplung di LDK pula, pengetahuan Nisa akan ilmu agama semakin bertambah, kalau dulu ia menggunakan kerudung hanya mengikuti trend alias kerudung gahol, sekarang Nisa sedang berusaha menggunakan hijab syar'i, dibutuhkan kemantapan hati untuk melangkah, apalagi Nisa masih suka sayang kalo lihat baju2 imut yang harusnya menjadi mihnah (baju u/ dirumah seorang muslimah ) melambai2 minta dipake buat kekampus. Selain itu, kemantapannya untuk tidak pacaran sampai ia nikah, juga butuh kekuatan super baja, mengingat dulu dia tidak ingin pacaran karena takut hamil diluar nikah (bukan berdasarkan iman yang kuat). Singkatnya, kini Nisa sedang dalam proses hijrah, menjadi hamba Allah, yang tunduk dengan sempurna pada ketentuan langit (Allah).
Disuatu malam minggu yang cerah, Nisa yang harus berangkat ngampus rada sedikit ogah-ogahan lantaran siangnya, dari pagi sampe sore dia kudu lembur dikantor dengan kerjaan segambreng, atasannya lagi rewel banget, minta ini-itu dalam waktu yang bersamaan, membuat Nisa pusing tujuh keliling dibuatnya.
Pukul 16.00, Saturday 2012
Dengan lusuh Nisa keluar dari kantor, ada sedikit ragu untuk berangkat kekampus hari itu, badannya udah minta istirahat, namun dia gak mau kalo sampai ketinggalan kuliah. Akhirnya Nisa berangkat juga utuk kuliah.
Ingin hati dia pulang dulu untuk bisa mandi dan pergi ngampus dengan keceh dan fress. Namun apalah daya, waktunya sudah tak cukup lagi, dia ada jadwal kuliah pukul 17.00 sementara waktu tempuh kantor-kampus sekitar 1jam. Padahal ia pengen banget ganti baju, mengingat baju longdress yang ia pake hari itu sudah terkena kuah sop mang ujang, saat ia tak sengaja menumpahkannya karena saking kagetnya di tegur bos dengan suara bariton. So, jadilah bajunya sedikit berparfum sop (betapa malangnya nasibmu nak).
Sampai dikampus, belum terjadi hal-hal yang akan membuatnya down. Perkuliahan berjalan seperti biasa. Hingga waktu pulang tiba, sekitar pukul 20.00 seperti biasa teman-teman Nisa ngajak nongkrong nangkring dulu sebelum pulang, "Nis, nongkrong dulu yuk si Cepi ultah, mau ditraktir kita" ajakan Adi begitu menggiurkan. "Iya Nis makan besar gretong, mayan perbaikan gizi" Mita nyeletuk dan langsung disorakin yang lain. "Enggak ah, aku capek banget hari ini, badan berasa abis digiles belong. Lagian besok aku ada rapat LDK" "aku dibungkus aja ya Cep, kebetulan laper nih" Nisa menjawab. "Huuuuuuuuuuuuhhhh" komentar Nisa yang terakhir disorakin yang lain. "Cuman yang ikut yang bisa makan gratis dr gw" balas Cepi dengan sok cool, lagaknya udah kayak tuan tanah yang mau ngasih bonus sama anak buahnya.
Akhirnya Nisa pulang, dengan wajah kusut karena cape, dan badan yang gerah banget minta dicuci. (kalian bayangin yah, hari itu Nisa pake longdress warna biru donker dengan parfum sop dan kerudung lebar warna pink bercorak, wajahnya udah lecek banget, kayak jemuran belum disetrika lantaran dr pagi kerja rodi, belum makan pula, sekalinya makan pas istirahat, malah sopnya tumpah kena baju, pokoknya gak banget deh)
Saat Nisa tengah didalam angkot 08, angkot ke 2 yang dia tumpangi untuk sampai kerumahnya (angkot dalam posisi ngetem mode on karena kurang 2biji penumpang) tiba-tiba ada seorang cowok rapi jali yang masuk angkot itu, dia menggunakan kemeja pendek kotak-kotak kecil warna merah dan celana jeans warna hitam. terlihat rapi ditambah dengan model rambutnya yang disisir keatas menggunakan gel rambut yang membuatnya terlihat fress, semerbak parfum tercium begitu cowok itu masuk angkot. Nisa yang yg terkantuk2 tak elak memperhatikan sosok itu. Dan beberapa menit kemudian mereka saling beradu pandang. tiba-tiba cowok itu mengernyitkan dahi seperti berusaha mengingat-ingat sesuatu, sampai akhirnya "Nisa ya...?" "kok, kamu jadi kaya ibu2 gitu. kucel lagi, eh sorry abisnya muka kamu berminyak" dengan wajah datar tanpa merasa bersalah sedikitpun, padahal ada dua kata yang begitu menusuk hati Nisa "kaya ibu2 dan kucel alias berminyak" GUBRAK dunia seperti runtuh, dan menimpa dirinya. Nisa cuman monyongin bibir dan berkata dengan ketus "siapa ya? kenal juga enggak" padahal Nisa malu banget dibilang kaya ibu2 didepan orang banyak. Dia hanya berusaha menyembunyikan kekesalannya dengan mengalihkan pandangan kejendela mobil, melihat sopir angkot yang masih sibuk dengan hape jadulnya, berharap angkot segera melaju. Lagian Nisa bener2 gak ingat siapa cowok yang menyapanya barusan. Sadar kalo Nisa tak memeperdulikannya, cowok itu kembali mengingatkan Nisa "Nis, kamu nisa anak ipa kan? murid kesayangan pak Wahyu yg jago matematika dan fisika kan?" mendengar kata-kata itu Nisa kembali menoleh, memperhatikan cowok itu dari ujung rambut hingga kaki, namun nisa tak bisa mengingat siapa cowok itu. Beberapa menit berlalu, akhirnya cowok itu menyebutkan namanya, berharap Nisa masih bisa mengenalinya. "Aku Angga, teman sekolah dulu. Kita beda kelas tapi masih satu jurusan. Ingat?" dan DAAAARR Nisa kaget bukan kepalang, bagaimana mungkin Angga bisa jadi sekeren ini? "Ups...."
"Oooh.. Angga, maaf aku bener-bener gak ingat" ada rasa senang karena bisa bertemu lagi dengan Angga, namun rasa malu jauh lebih besar. Nisa lagi gak pede banget saat itu, hingga selama dalam perjalanan dalam angkot Nisa lebih suka memainkan hp dan pura-pura tertidur, menghindari percakapan dengan Angga.
Pukul 22.00
"Alhamdulillah, sampai juga" bisik Nisa dalam hati, pintu rumah belum dikunci, semua sudah hafal kalau Nisa ada jadwal kuliah hari ini. Buru-buru Nisa masuk kamar dan menghadap cermin. Ya ampuuuuunnn gak banget hari ini, tampak pantulan cermin memantulkan tubuh Nisa seutuhnya, memang tidak dapat dipungkiri kalau hari itu Nisa tampak lusuh. "Yaaaa Alllaah, kenapa aku harus ketemu Angga dalam keadaan kucel bigini?" batin Nisa menjerit. Perbedaan 180 derajat. Nisa yang lusuh dan Angga yang fress dan rapi jali.
Untuk beberapa saat Nisa merasa ini gak adil, manun akhirnya, butiran kristal itu tak terbendung lagi, Nisa tersunggkur, "Sungguh ya Rabb, aku berhijrah bukan karena manusia. Bukan ingin tampak sempurna dihadapan manusia, bukan untuk mendapat pujian dari manusia. Tapi aku berhijrah karena cintaku pada Mu. Kuatkan Hamba ya Rabb". Nisa pun bangkit dan kembali bercermin, dia berkata dengan mantap "Terserah mau dibilang kaya ibu2 ato kucel juga, aku tak mengharap pujian manusia". Diapun berlalu, mebersihkan badan untuk kemudian beristirahat dalam lelap.
Catatan :
Jika hijab mu masih mengharapkan pujian dari manusia, maka periksa kembali hatimu sahabat, mungkin ada setitik riya yang masih tertinggal, ucapkan "Astagfirullah" minta pertolongan pada Allah, agar membantu kita intiqomah, luruskan kembali niat kita berhijrah adalah karena Allah..
Tak peduli apa yang orang katakan, dianggap aneh karena tidak pacaran, memakai pakaian kebesaran, atau apalah itu. Jika kau mendapati orang lain menilaimu seperti itu, lihatlah ke atas, dan tersenyum. Katakan dalam hatimu "Aku hanya ingin membuat yang dilangit (Allah) tersenyum padaku".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar