Senin, 17 Agustus 2015
Hiduplah hanya untuk memberi
Segala Puji hanya milik Allah, Tuhan semesta alam
Pernah merasa kecewa karena tak dianggap? tak dihargai? merasa diasingkan?
whatever, mungkin kita merasa gondok saat kerjaan kita dianggap sepele, tersinggung oleh teman dekat kita, pengorbanan yang tak dihargai, teman yang gak mau ngalah padahal udah jelas salah, dll
Merasa kebaikan yang kita lakukan tak dibalas or dihargai, hey.... kenapa harus punya rasa seperti itu? Aku pernah berada dalam posisi itu. Suatu hari aku diminta tolong untuk beli cendramata karena salah seorang
atasan kami mau resign dari kantor, dengan halus aku menolak, namun karena waktu sudah mepet dan cuman aku yang tiap hari bolak-balik ke komplek pertokoan lantaran harus kuliah sore, akhirnya mau tidak mau aku terima juga amanah itu. Sesampainya ditoko cendramata yang dimaksud, jelas aku langsung to the point sama pemilik toko, kalo aku nyari cendramata yang bagus. Dengan senang hati sang pamilik toko itu membawakan barang yang dimaksud. Namun sayang seribu sayang, budget yang diberikan dari rekan kantor yang pas-pasan tak cukup untuk membeli barang itu, akhirnya sang pemilik toko menawarkan barang lain yang harganya sesuai dengan budget. Entah karena seleraku atau apa, aku merasa barang yang ditawarkan ini tidak memuaskan, berbeda dengan barang pertama yang dia sodorkan, akhirnya setelah tawar-menawar yang lumayan alot, sampe memohon-mohon segala, dan dengan pertimbangan banyak hal aku mengambil barang yang pertama, meski aku harus herogoh kocek sendiri untuk bisa mendapatkannya. Saat itu kufikir "tak apalah" aku ikhlas kok, toh selama ini atasan itu baik (meski sebenernya bukan atasanku, aku hanya kebetulan ada diruangan itu saja). Alhasil didapatlah barang yang bagus menurutku, gak malu2in dan pantes untuk dijadikan sebagai cendramata.
Hari sudah semakin sore, sementara aku harus buru-buru kekampus, namun satu hal yang kurang, barang itu belum dibungkus...Oh my god, aku harus berburu dengan waktu, dengan tergopoh-gopoh aku memasuki sebuah toko yang biasa memberikan jasa untuk membuat bingkisan. buru2 aku menyerahkan barang itu untuk dibungkus. Sambil terus kuperhatikan jam dinding yang ada dibelakang seorang kasir yang tengah sibuk melayani customer, detak jantumgku berdetak lebih cepat dari biasanya. pukul 18.15 adzan magrib sudah berlalu beberapa menit yang lalu, jadwal aku kekampus jam 19.00 masih ada 45 menit lagi, hey.... jarak toko dengan kampus itu sekitas 200meter, dan dengan lalu lintas yang padat, membawa barang pula, sedangkan aku belun solat magrib, dan satu lagi ini jadwal aku masuk kelas labkom, 10 menit aku telat, aku tak bisa masuk kelas. Ah, sempurna sudah....
18.30 aku baru keluar dari toko itu dengan membawa bingkisan yang lumayan besar, dengan setengah berlari aku menuju kampus. Ketika memasuki gerbang kampus, entah jam berapa itu, semua sudah sepi,
hingga tiba-tiba seorang asisten dosen mengagetkanku, "makasih ya, bingkisannya" suaranya datang dari arah belakangku dengan suara yang tinggi, sontak membuatku kaget. dengan terburu buru aku menuju musola kampus untuk solat magrib. Selesai solat, masih dengan membawa bingkisan yang lumayan besar dan berat juga, aku ketuk pintu labkom, seseorang membukakan pintu, memandangku dengan tatapan iba, kalian bayangin yah, muka udah kucel banget, keringetan, lemes (terakhir makan jam 12 siang dikantor saat istirahat, sementara gua abis lari-lari cuuuuyyy) bawa keresek super gede pula. Sambil mengernyitkan dahi, dosen itu bilang "masuk, jangan telat lagi". Aku hanya mengangguk dan masuk kelas, mengambil bangku sesuai nomor absen, menjadi pusat perhatian untuk sejenak.
Tanpa memberi kesempatan untuk membuka buku catatan, asdos (sebutan untuk asisten dosen) sudah nyerocos menerangkan pelajaran baru, aku harus berjuang menyambungkan fikiran dengan pembahasan asdos itu. 2jam sudah berlalu, dengan konsentrasi yang kupaksakan akhirnya pelajaran paling 'menggemaskan' itu selesai. Seperti hari-hari sebelumnya, setiap ujung pertemuan, dosen akan memberikan tugas yang amat menyenangkan, setiap dosen selalu bilang "oleh-oleh buat dirumah" "mahasiswa itu harus banyak tugas". Apapun itu, yang jelas tiap hari minggu dari pagi sampe malem kami sibuk ngerjain tugas.
Pukul 21.30 kami baru keluar dari kampus, dan sampe dirumah pikul 23.00 tampangku udah kaya papan gilesan ajah, kucel banget.
Dan paginya pukul 06.20 aku harus sudang mengantarkan bingkisan itu kerumah seorang rekan kerja, karena siangnya mau diserahkan. Alhasil hari itu aku masuk lebih pagi, supaya tidak ketahuan mr.Ha (atasan yang mau resign itu). Pagi itu kufikir, tugasku sudah selesai, semoga mereka suka dengan barang yang kubeli. satu per satu teman kantor datang, pada orang yang menyuruhku untuk beli bingkisan itu aku memperliharkan foto barang yang sudah dibeli, dan dia hanya mengangguk-angguk saja tanda setuju. Hingga tiba-tiba dia bilang "kurang gak uang nya?" "itu barangnya bagus". Enatah polos atau apa, aku hanya cengengesan tak berani menjawab, akhirnya aku jelasin semua, "gak masalah bu, aku juga pengen ikut ngasih sesuatu buat mr. Ha, toh selama ini dia juga baik sama saya". Kufikir itu jawaban yang tepat, aku udah ikhlas banget merogoh cokek dikit buat nambahin, sumpah, aku gak minta digantiin.
Tiba-tiba siangnya ibu itu menghampiriku dan bilang "ini uangnya diganti, dan ini buat ongkosnya". Astagfirulloooooh, aku gak sematreeeee itu, dengan cepat aku menolaknya, sempat terjadi lempar-lemparan uang antara aku dengan si ibu itu, hingga akhirnya, teman kantorku bilang "rezeki jangan ditolak, itu milik kamu. Tuhan tau kamu gak mengharapkan diganti, tapi Dia memberimu rezeki sbg imbalan buat kamu", aku berfikir sejenak, akhirnya aku terima juga uang itu, meski sebenernya aku gak mau.
Selang beberapa jam......
Aku dipanggil seorang rekan kerja yang lain "sini deh" mr.An memanggilku, aku menghampiri dengan santai "ada apa?" "Barang yang kamu beli itu model gimana sih? kok harganya mahal kaya gitu". Deg..... aku mulai dihinggapi rasa bersalah, hingga mereka harus iuran lagi untuk menambah kekurangan barang itu. Mr.An menimpali "nih, lihat barang bagus di online aja harganya segini" sambil menunjuk layar komputer, aku makin merasa bersalah, tak bisa menjelaskan, bibirku kelu. "Gak harus beli yang mahal-mahal, mr.Ha itu gak elit-elit banget, barang ini juga bagus. Ini malah so-so an beli yang mahal, blah blah blah blah " entah kalimat apa lagi yang dia keluarkan, tiba tiba mataku terasa berat, aku buru-buru pergi dr ruangan itu, satu tujuan ku 'toilet' disitu cairan bening jatuh dari kelopak mataku, aku merasa bersalah banget, padahal menurutku pemberian kita kepada seseorang itu menggambarkan penghormatan kita pada orang tsb. Entahlah, setiap orang punya argumen.
Pukul 11.30 aku memberanikan diri menghampiri ibu Na, yang menyuruhku membelikan cendramata itu. "Bu, kalo yang lain tidak setuju dengan barang yang saya beli, saya ambil saja bu barang itu, uangnya saya ganti, saya berani kok bayar barang itu, gak papa buat adek saya" "ibu silahkan beli lagi" sambil menyodorkan sejumlah uang, namun ibu itu menolak "sudah jangan dengarkan orang itu, saya makasih banget udah mau direpotin, itu barangnya bagus kok, dan harga segitu emang wajar".Aku tak berani membantah.
Terkadang semua niat baik bisa diterima dengan baik pula. Jangan pernah mengharapkan apapun dari mahluk yang namanya 'Manusia' . Hiduplah untuk yang dilangit, yang telah menciptakan kesempurnaan hidup.. Pada yang dilangit, aku ingin tunduk dengan sempurna....
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar